Saturday, August 1, 2020

SEJARAH BERDIRINYA NAHDATUL ULAMA


SELAYANG PANDANG SEJARAH LAHIRNYA NAHDATUL ULAMA

Nahdlatul Ulama disingkat NU, merupakan suatu Jam’iyah Diniyah 
Islamiyah yang berarti Organisasi Keagamaan Islam. Didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H. Organisasi 
ini merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di dunia. Untuk mengetahui lebih dalam tentang NU secara lebih utuh, berikut ini adalah sejarah lahirnya NU.
A. SITUASI MENJELANG LAHIRNYA NU
Berakhirnya perang dunia pertama berdampak besar terhadap dunia islam. Para cendikiawan muslim di negara Islam mencoba 
menawarkan gagasan baru dalam rangka pembaharuan dalam Islam. Tokoh-tokoh yang gencar menyuarakan pembaharuan dalam Islam adalah Ibnu Sa`ud di Mekah, Syaikh Muhammad Abduh di Mesir, Jamaluddin al Afgani di Afganistan, Musthafa Kamal Pasha di Turki.Di Indonesia sendiri gerakan pembaharu muncul dengan didirikannya Syarikat Islam oleh H.O.S. Tjakroaminoto, lalu Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Al Irsyad oleh Syaikh Ahmad Sarkati.Para pembaharu tersebut, menyuarakan kepada umat Islam 
di seluruh dunia agar kembali kepada al Qur`an dan Hadits. Ajaran Islam yang tidak berdasarkan al Qur`an dan Hadits adalah bid`ah dan khurafat seperti bermadzhab, ziarah kubur/haul dan kuburan harus 
dihilangkan dari muka bumi.
Disisi lain, pada tahun 1916 KH. Abdul Wahab Hasbullah sepulang 
dari Mekah untuk belajar berhasil mendirikan Madrasah di Surabaya 
yang bernama “Nahdlatul Wathan” (Kebangkitan Tanah Air). Selanjutnya 
madrasah ini disebut “Jam`iyah Nashihin” dikarenakan madrasah ini juga merupakan tempat melatih para remaja calon pemimpin dan mubalig.Kemudian pada tahun 1918 didirikannlah sebuah koperasi 
pedagang yang bernama Nahdlatul Tujjar. Tidak lama kemudian saat menjelang tahun 1919, di Surabaya didirikan madrasah baru 
yang bernama Taswirul Afkar. Tujuan utama didirikan madrasah ini adalah untuk menyediakan tempat untuk mengaji dan belajar. Kelak madrasah ini menjadi sayap untuk kepentingan membela kelompok 
Islam tradisional.
Cikal Bakal lahirnya Nahdlatul Ulama diawali dengan dibentuknya 
organisasi pergerakan seperti “Nahdlatul Wathan” (Kebangkitan Tanah 
Air), ”Taswirul Afkar” atau sering dikenal dengan (Nahdlatul Fikr) serta 
didirkannya “Nahdlatul Tujjar”
Pada tahun 1924 M. pimpinan Wahabi, Ibnu Sa`ud hendak menerapkan asas tunggal yakni madzhab Wahabi di Mekah. Segera 
setelah itu Raja Ibnu Sa’ud mulai melakukan pembersihan praktek praktek beragama yang tidak sesuai dengan faham mereka serta 
mengundang kepada umat Islam di seluruh dunia untuk menghadiri Kongres umat Islam di Mekah.Menanggapi undangan tersebut umat Islam Indonesia segera menggelar Kongres al-Islam keempat di Yogyakarta, pada tanggal 21-
27 Agustus 1925 untuk membahas sikap dari umat Islam Indonesia terhadap rencana Raja Ibnu Sa’ud. Dalam kongres tersebut kalangan 
Islam tradisional menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan perdaban Islam. Dengan sikap yang berbeda itu kalangan pesantren (Islam Tradisional) tidak diikut sertakan dalam delegasi Kongres Islam Internasional di Mekah. 
B. DETIK-DETIK KELAHIRAN NU
Didorong oleh semangat yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban Islam maka dengan prakarsa K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H. 
Muhammad Hasyim Asy`ari para ulama berkumpul di rumah K.H. Abdul Wahab Hasbullah kampung Kertopaten, Surabaya. Adapun para alim ulama yang hadir dalam pertemuan ini adalah:
1.K.H. Muhammad Hasyim Asy`ari Jombang
2.K.H. Abdul Wahab Hashbullah Jombang
3.K.H. Bisri Syamsuri Denanyar Jombang
4.K.H. Raden Haji Asnawi Kudus
5.K.H. Ma`sum Lasem
6.K.H. Ridwan Semarang
7.K.H. Nawawi Pasuruan
8.K.H. Nahrowi Malang
9.K.H. Ridwan Surabaya
10.K.H. Alwi Abdul Aziz Malang
11.K. Abdullah Ubaid Surabaya
12.K.H. Abdul Halim Leuwimunding, Cirebon
13.K.H. Doro Munthaha Bangkalan, Madura
14.K.H. Dahlan `Abdulqahar Kertosono
15.K.H. Abdullah Faqih Gresik

Dalam pertemuan tersebut ada tiga hal penting diputuskan, yaitu:
1.Meresmikan berdirinya ”Komite Hijaz”. Yang selanjutnya mengutus K.H.R. Asnawi Kudus untuk menghadap Raja Ibnu Sa`ud di Mekah, 
2.Membentuk suatu Jam`iyah untuk wadah persatuan para ulama dalam tugas memimpin umat Islam menuju tercapainya cita-cita ”Izzul Islam wal Muslim”, kejayaan Islam dan kaum muslimin bernama Jam`iyah Nahdlatul Ulama. Nama Nahdlatul Ulama merupakan usulan dari K.H. M. Alwi Abdul Aziz 
3.Membatasi masa kerja Komite Hijaz,yaitu sepulangnya delegasi dari Mekah, maka komite Hijaz bubar.Dalam rapat tersebut juga menyusun pengurus jam`iyah Nahdlatul Ulama yang pertama dan terdiri dari dua bagian yaitu bagian Syuriyah dan bagian Tanfidiyah.
      *Pengurus Syuriyah adalah:*
*Rais Akbar : K.H. Muhammad Hasyim Asy`ari, Tebuireng Jombang*
*Wk. Rois Akbar : K.H. Dahlan, Kebondalem, Surabaya*
*Katib Awal : K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Surabaya*
*Katib Tsani : K.H. Abdul Halim, Leuwimunding, Cirebon*
*A`wan : K.H. M. Alwi Abdul Aziz, Surabaya*
 *K.H. Ridwan, Surabaya*
 *K.H. Sa`id, Surabaya*
 *K.H. Bisyri Sansoeri, Denanyar Jombang*
 *K.H. Abdullah Ubaid, Surabaya*
 *K.H. Nachrowi, Malang*
 *K.H. Amin, Surabaya*
 *K.H. Masyhuri, Lasem*
 *K.H. Nachrowi, Surabaya*
Musytasyar : K.H. R. Asnawi, Kudus
 *K.H. Ridwan, Semarang*
 *K.H. Ms. Nawawi, Sidogiri, Pasuruhan.*
 *K.H. Ndoro Muntaha, Bangkalan Madura*
 *Syaikh Ahmad Ghanaim Al-Mishry, Mesir*
 *K.H.R. Hambali, Kudus*

*Sedang Pengurus Tasnfidziyahnya adalah sebagai berikut:*
*Ketua : H. Hasan Gipo, Surabaya*
*Penulis : M. Sidiq Sugeng* *Yudodiwiryo, Pemalang*
*Bendahara : H. Burhan, Surabaya*
*Pembantu : H. Saleh Syamil, Surabaya*
*: H. Ichsan, Surabaya*
*: H. Ja`far Alwan, Surabaya*
*: H. Utsman, Surabaya*
*: H. Achzab, Surabaya*
* H. Nawawi, Surabaya*
* H. Dahlan, Surabaya
* H. Mangun, Surabaya*

Setelah berakhirnya pertemuan ulama di Surabaya dan mendirikan Komite Hijaz. Maka lewat Komite Hijaz ini diutuslah KH.R. Asnawi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan perubahan perubahan peribadatan yang akan dilaksanakan di Mekah. Komite Hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Panitia ini bertugas menemui raja Ibnu Sa’ud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan.
Akan tetapi pada pelaksanaanya, dikarenakan beberapa faktor maka K.H.R. Asnawi digantikan oleh K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan Shaikh Ahmad Ghanaim Al-Mishry untuk berangkat ke Mekah.Dari dua orang utusan yang berangkat ke Mekah itu membawa 
hasil yang memuaskan, yaitu:
1) Penguasa Hijaz dan Nejed (Saudi Arabia sekarang) akan bersikap adil serta melindungi adanya ajaran Empat Madzhab.
2) Ajaran Ahlussunah wal Jama`ah atau yang berhaluan Empat Madzhab yang biasa berlaku dalam Masjidil Haram tetap dihormati dan tidak dilarang.
3) Tidak ada larangan dan dijamin keamanannya orang-orang yang berziarah ke makam-makam di wilayah Hijaz Nejed, 
terutama makam-makam yang bersejarah, seperti makam nabi dan para sahabat.