Saturday, April 4, 2020

KAMPUNG DALAM PAGAR DAN KAMPUNG TUNGGUL IRANG ADALAH DUA KAMPUNG DI MARTAPURA YANG TIDAK PERNAH DIJAMAH SERDADU JEPANG


KAMPUNG DALAM PAGAR DAN KAMPUNG TUNGGUL IRANG  ADALAH DUA KAMPUNG DI MARTAPURA YG TIDAK PERNAH DI JAMAH SERDADU JEPANG

Selama penjajahan -terutama masa masuknya tentara Jepang di Kalimantan Selatan-, dua kampung dikabarkan tidak bisa dimasuki tentara Jepang. Konon, dua orang ulama karismatik di kampung tersebut-lah penyebabnya.
Dua kampung yang dimaksud terdapat di wilayah Martapura. Yakni, Kampung Dalam Pagar dan Kampung Tunggul Irang. Di dua kampung tersebut ada dua ulama kenamaan. Di dalam Pagar ada Guru Acil Lamak, sementara di Kampung Tunggul Irang ada Tuan Guru Haji Abdurrahman atau Tunji Adu
"Tunji "dalam masyarakat martapura maknanya : Tuan Haji

Sebagaimana diceritakan Tuan Guru Haji Syaifuddin Zuhri, para tentara Jepang bisa memasuki Kampung Dalam Pagar berkat keberadaan Guru Acil Lamak.
Disebutkan oleh Tuan Guru Syaifuddin Zuhri, ada-ada saja masalah yang mereka alami ketika ingin memasuki kampung tersebut. Di antaranya, mereka tidak bisa menemukan kampung itu, karena hanya melihat hutan seperti tak berpenghuni.
Pernah suatu ketika dahulu tentara Jepang  hendak menyeberang (masuk) ke Kampung Dalam Pagar. Dari seberang sungai, Guru Acil Lamak duduk menatap mereka. Beliau pun mengambil Nyiru, kemudian menaruh kacang kedelai di atasnya.
Kacang-kacang tersebut kemudian “diadu” oleh beliau, seperti memainkan dua boneka kecil. Ajaibnya, tentara jepang yang hendak masuk ke Kampung Dalam Pagar tersebut malah berkelahi sesama sendiri , serdadu jepang vs serdadu jepang

Tuan Guru Acil Lamak ini adalah Guru daripada Tuan Guru Haji Zainal Ilmi,” jelas Tuan Guru Syaifuddin Zuhri,
Hal yang serupa terjadi ketika Serdadu Jepang hendak masuk ke Kampung Tunggul Irang. Namun ada saja yang membuat mereka tak bisa memasuki kampung tersebut. Satu di antaranya disebutkan dalam buku “Figur Kharismatik Tuan Guru Sekumpul”, yakni perahu mereka kandas dan tenggelam di sungai.
Dengan keberadaan dua ulama inilah, dua kampung tersebut dinilai paling aman di masa penjajahan Jepang.

No comments:

Post a Comment