Sunday, December 29, 2019

DR. SETIABUDI DANUDIRDJA


Dr. Setiabudi Danudirdja (dh Ernest Douwes Dekker) foto kenangan bersama istri Ibu Ning Danudirdja, pahlawan nasional, menteri pendidikan pertama, tokoh perjuangan Tiga Serangkai. Berdarah Yahudi Belanda, paman buyutnya adalah Edward Douwes Dekker penulis Max Havellar (dengan nama samaran Multatuli). Untuk menghormatinya di hampir semua kota besar Indonesia memakai namanya untuk jalan raya.

Sunday, December 15, 2019

SURAT WASIAT TERPIDANA MATI UNTUK IBUNYA


SEBELUM DI SETRUM MATI, PERMINTAAN PRIA INI MEMBUAT SURAT WASIAT PADA IBUNYA

[[PELAJARAN BUAT SEMUA ORANG TUA]]
_
"Ibuku tersayang, jika hukum itu adil, saat ini juga kamu akan berada di sini. duduk denganku menunggu untuk di setrum di kursi elektrik ini, saya di nyatakan salah atas kejahatan yang kita lakukan bersama...
_
Ibu, ingat tidak waktu anakmu berumur 3 tahun, Aku mencuri permen kakak? ibu tidak membetulkannku, ibu tidak bilang bahwa aku salah dan yang kulakukan itu tidak baik.
_
Aku juga ingat waktu aku berumur 5 tahun, Pada hari itu aku mencuri mainan tetangga dan menyembunyikannya di rumah, tapi kamu kamu bilang: "mainan itu tidak ada di rumah" .
_
Ibu, ketika aku berumur 12 tahun, Aku menyembunyikan bola sepupuku di garasi rumah. ketika dia datang bermain kerumah, tapi ibu malah bilang: "Ibu memang melihatnya sebelum bola itu hilang".
_
Apa ibu ingat di hari ketika aku di keluarkan dari sekolah waktu aku berumur 15 tahun? Ayah ingin menghukumku, tapi ibu menolaknya dan di hari itu ibu bertengkar hebat dengan Ayah hanya karena ingin membelaku. ibu bilang aku masih muda. ibu juga bilang bahwa guru salah sudah mengatakan kalau aku tidak hadir di kelas, ibu membelaku, ibu bilang belum waktunya aku tahu bahwa aku salah.
_
Ibu juga ingat dengan baik, ibu melihat aku mencuri sepeda tetangga ketika aku berumur 17 tahun, tapi ibu tidak melaporkan bahwa aku sudah menjualnya. ibu malah diam saja. ibu sangat sangat mencintaiku.  ya, ibu sayang padaku, tapi ibu tidak membetulkan aku dan malah memanjakanku.
_
Itulah bagaimana semuanya berawal dan selesai perlahan-lahan sampai hari ini ketika saya di setrum karena perampokan dan pembunuhan. aku masih sangat muda ibu, aku butuh perlindunganmu saja. dan saat ibu membaca ini, aku sudah mati. salam anakmu tersayang..."
_
Bisa di lihat bahwa sang anak merasa sangat kecewa atas parenting atau didikan sang ibu yang tidak membenarkan apa yang salah dan tidak memberi tau tentang pentingnya menjadi orang baik.

Semoga bermanfaat,
_
Orangtua adalah madrasah pertama bagi anaknya. Tanggung jawab orangtua yaitu mendidik, mengasuh, dan menasehati anak untuk menjadi orang yang lebih baik.
_
Perlu kita ingat, bahwa KASIH SAYANG DAN MEMANJAKAN ITU BEDA...

HUMBOLDT VAN JAVA


HUMBOLDT VAN JAVA

Franz lahir di kota Mansfeld, Jerman pada 26 Oktober 1809. Lulus SMA dia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas kedokteran. Namun nasibnya berubah saat dengan gaya koboi dia duel dengan rekannya dari Swiss. Akibat pertarungan itu, Franz dijatuhi hukuman 10 tahun. Tetapi sebelum menjalani hukumannya, ia harus menyelesaikan wajib militernya sebagai ahli bedah kompi pada brigade Artileri di Koblenz.
Franz baru menjalani vonisnya pada 1832 di penjara Ehrenbreitsein, Koblenz. Dua tahun menjalani hukuman dia berpura-pura terkena TBC sehingga dipindahkan ke Rumah Sakit militer. Karena takut akan dikembalikan lagi ke penjara, Franz berpura-pura gila sampai akhirnya kabur pada suatu malam tanggal 14 September 1833. Padahal saat itu permohonan grasinya disetujui dan dia dibebaskan.
Franz lalu menghilangkan jejaknya dengan pergi ke Prancis dan mendaftar sebagai anggota Legiun Asing Prancis yang kemudian ditugaskan ke Aljazair. Namun baru setengah tahun ia mengundurkan diri dan kembali ke negeri Belanda.
Atas anjuran temannya, Franz mendaftar sebagai peneliti alam di Hindia Belanda, bidang yang disukainya sejak SMA.
13 Oktober 1835 dia sampai di Jawa. Tapi lowongan yang dicarinya tak tersedia. Sebagai lulusan dokter militer kelas lll, Franz ditempatkan di Rumah Sakit tentara di Weltevreden dan setahun kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit militer di Yogyakarta.
Di tempat baru ini rupanya dia bisa memuaskan dirinya sebagai peneliti alam dengan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di sekitar Yogyakarta. Ia juga sempat melakukan penelitian terhadap gunung Merapi dan Merbabu.
Franz kemudian ditarik ke Batavia dan menjadi asisten Dr.EA Fritze, kepala Lembaga Kesehatan Masyarakat di Hindia Belanda. Dengan begitu ia mengikuti lawatan inspeksi kesehatan di berbagai daerah di Jawa barat sehingga bisa menyalurkan keinginannya sebagai peneliti alam.
Karena sakit, Franz harus menjalani perawatan selama tiga bulan di daerah Dieng. Dari tempat ini muncul gagasannya untuk mendirikan Rumah Sakit Militer yang kemudian diwujudkan dengan didirikannya Rumah Sakit Militer di Plantungan, Kendal pada 1844. Rumah Sakit ini kemudian beralih fungsi menjadi Rumah Sakit lepra yang penanganannya tidak lagi di bawah militer, tapi oleh Bala Keselamatan dan sebagai donaturnya adalah KAR Bosscha.
Franz lalu menggantikan kedudukan Karl  Hasskarl sebagai botanikus yang meneliti tanaman kina di Jawa dan memindahkan kegiatannya di Pangalengan dan Lembang.
Usaha Franz berhasil sehingga sampai tahun 1863 tanaman kina sudah diperbanyak sampai 1,1 juta pohon.
Sayang, usaha Franz ini akhirnya menelan kekecewaan.Rupanya pohon kina peninggalan Hasskarl itu adalah bukan dari jenis unggul dan kadar alkoidnya rendah, yaitu tiga persen.
Kecewa dengan pohon kina yang dikembangkan tak lebih dari sekedar  'kayu bakar' membuat Franz sakit dan sengaja membiarkan kesehatannya merosot karena terserang amuba yang berlangsung lama.
Franz memilih Lembang sebagai tempat menghabiskan hari akhirnya. Menjelang kematiannya, kepada Dr. Groneman, sahabatnya, Franz berkata:" Groneman, dapatkah engkau membukakan jendela-jendela? Aku ingin berpamitan dengan gunung-gunungku yang tercinta. Untuk terakhir kali aku ingin memandang hutan-hutan. Sekali lagi aku ingin menghirup udara pegunungan yang terakhir kali..." pintanya.
Tanggal 24 April 1864, Franz Wilhelm Junghuhn -- nama lengkap Franz meninggal  dan dimakamkan di Jayagiri, Lembang.
Selama hidupnya, Junghuhn tidak hanya melakukan penelitian tentang botani, tetapi juga sebagai geolog, klimatolog, etnograf dan geograf. Bahkan menjelang akhir hayatnya, dia adalah ilmuwan pertama yang memanfaatkan peralatan fotografi untuk kegiatannya. Dan karena penelitiannya yang luar biasa ini, ia dijuluki "Humboldt dari Pulau Jawa"

Dari buku
kisah para
PREANGER PLANTERS

BOJONG KOKOSAN, PARUNGKUDA, SUKABUMI


BOJONG KOKOSAN, PARUNGKUDA, SUKABUMI

Pertempuran Konvoi/pertempuran Bojongkokosan

BOJONGKOKOSAN adalah nama desa di kecamatan Parung Kuda, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kode pos untuk desa Bojong Kokosan adalah 43357. Desa Bojongkokosan merupakan desa pemekaran yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Desa Kompa. Karena pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, maka desa Kompa dimekarkan menjadi dua desa, yaitu desa Kompa dan desa Bojong Kokosan. Desa Bojong Kokosan merupakan tempat terjadinya peristiwa Perang Konvoi atau lebih dikenal dengan Pertempuran Bojong Kokosan melawan tentara Inggris dan NICA pada tahun 1945 sampai 1946. Pertempuran Bojong Kokosan ini merupakan perang konvoi pertama (The First Convoy Battle) dan menjadi cikal bakal dari peristiwa Bandung Lautan Api.

                "BOJONGKOKOSAN"
                    "Desa"
Negara
•Indonesia
Provinsi
•Jawa Barat
Kabupaten
•Sukabumi
Kecamatan
•Parungkuda
Luas
-
Jumlah penduduk
-
Kepadatan
-

*PERTEMPURAN BOJONG KOKOSAN

KEDATANGAN TENTARA SEKUTU;
Suasana Pertempuran Bojong Kokosan
Terjadinya Pertempuran Bojong Kokosan dimulai ketika pasukan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA sebanyak satu batalyon berusaha masuk ke Sukabumi.Kedatangan tentara sekutu ke Sukabumi dilatarbelakangi oleh tiga tujuan utama, yaitu:

•Mengambil tawanan Jepang di daerah Sukabumi dan sekitarnya.

•Memberikan bantuan ke Bandung yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antara pihak pemuda dengan tentara sekutu.

•Menjaga kelancaran hubungan jalan darat antara Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Peristiwa di Bojong Kokosan merupakan salah satu faktor penyebab dari peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946.Hal ini disebabkan karena ditinjau dari strategi nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung merupakan urat nadi kekuatan sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut.

PENYERANGAN;
Pertempuran Bojong Kokosan atau perang konvoi ini terjadi dalam dua periode. Periode pertama terjadi pada tanggal 9 sampai 12 Desember 1945.Periode kedua terjadi dari tanggal 10 sampai 14 Maret 1946. Pertempuran Bojong Kokosan berawal dari berita yang diterima prajurit TKR Sukabumi di Pos Cigombong tentang kedatangan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA yang berusaha memasuki wilayah Sukabumi.Pimpinan KOMPI III saat itu, Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menghadang dan menduduki tempat pertahanan di pinggir tebing utara dan selatan jalan di Bojongkokosan. Penghadangan yang dilakukan oleh rakyat Sukabumi dan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR ini menyebabkan terjadinya pertempuran sengit yang dikenal dengan nama Pertempuran Bojong Kokosan.Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojong Kokosan diperkuat oleh senjata rampasan dari tentara Jepang. Selain pasukan TKR, penghadangan terhadap sekutu juga dilakukan oleh Laskar Rakyat Sukabumi seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hizbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo.Penghadangan ini terjadi sepanjang 81 kilometer.Dimulai dari daerah Cigombong, Bogor sampai dengan Ciranjang, Cianjur.

Tentara Sekutu dalam Pertempuran Bojong Kokosan
Pertahanan pasukan sekutu diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi yang dilakukan pasukan sekutu berhasil masuk ke garis pertahanan TKR.Saat mendekati tebing Bojong kokosan, pasukan TKR segera melepaskan tembakan dan melakukan serangan.

Pasukan tentara sekutu yang bersenjatakan peralatan perang modern segera membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja, mortir, dan senapan mesin. Namun, tentara TKR berhasil meloloskan diri dari serangan sekutu setelah terjadinya hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan Bojong Kokosan.

Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung.Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpar, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.

Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung dibuat gentar oleh terjadinya penyerangan di Bojong Kokosan.Akhirnya, Komandan sekutu mengajak pemimpin TKR dan pemerintah setempat untuk berunding. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel Edi Sukardi, akhirnya usulan gencatan senjata disetujui.

PENGEBOMAN;
Gencatan senjata yang dirundingkan oleh komandan tentara sekutu ternyata hanya berlangsung sehari.Pada tanggal 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak.Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton.Serangan pesawat-pesawat tempur yang dilakukan tentara sekutu terhadap tentara TKR di Bojong Kokosan bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II.Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di tangan pasukan TKR.Pada persitiwa pengeboman itu, 73 pejuang meninggal dunia. Sebagian nama pejuang yang gugur dalam Pertempuran Bojong Kokosan tercatat di tugu Palagan Bojong Kokosan.Tidak hanya gugur, Peristiwa Bojong Kokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil.Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parung Kuda, dan Cibadak hingga hancur dan rata dengan tanah.

Pertempuran Bojong Kokosan telah mengakibatkan banyak korban jiwa baik dari pihak sekutu, maupun pihak TKR.[1] Pada pertempuran periode pertama tidak satu pun prajurit TKR yang gugur.Sementara, di pihak sekutu telah mengakibatkan 50 orang meninggal dunia, 100 orang luka berat, dan 30 pasukan menyerah. Pada pertempuran periode kedua, 73 orang prajurut TKR dinyatakan meninggal dunia.

Pertempuran Bojong Kokosan membawa efek yang besar terhadap keikutsertaan tentara Sekutu di Indonesia dimata publik. Di Inggris sendiri dibahas dalam kongres parlemen di mana mayoritas publik dan parlemen menolak Inggris terlibat lebih lanjut dalam pertempuran Indonesia dengan Belanda dan menghormati keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka seperti yang terjadi dalam persitiwa 10 November 1945 di Surabaya 1 bulan sebelumnya.Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempersingkat kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

PALAGAN BOJONG KOKOSAN;
Monumen Palagan
Dalam rangka mengenang pertemepuran bojong kokosan, pemerintah memabangun situs museum dan monumen Bojong Kokosan sebagai tanda pengharagaan kepada para pejuang yang telah bertempur melawan sekutu pada Pertempuran Bojong Kokosan. Pembangunan palagan perjuangan 1945 di Bojong Kokosan ini dilakukan secara swa-kelola oleh pemerintah daerah Jawa Barat.Museum ini diresmikan pada 13 November 1992 oleh R. Moh. Yogie Suardi Memet, Gubernur Jawa Barat yang menjabat pada tahun 1985 hingga 1993.Koleksi utama museum ini adalah diorama, puing pesawat RAF, senjata laras panjang Lee Enfield, senjata laras pendek VOC, helmet pasukan sekutu dan TKR, serta pedang dan golok pasukan kelaskaran rakyat.Palagan Bojong Kokosan merupakan ikon kebanggaan masyarakat Bojong Kokosan, Sukabumi.Salah satu saksi hidup perjuangan bojongkokosan Pak Satibi meninggal dunia pada 26 november 2015 pukul 17: 00 di rumah nya yang tak jauh dari monumen palagan perjuangan bojongkokosan dia adalah salah satu yang mengurus dan penjaga monumen palagan perjuangan sampai dia di panggil oleh yang maha kuasa untuk menghadap Nya.

Friday, December 13, 2019

PANGERAN ANTASARI


PANGERAN ANTASARI
(Panembahan Amirud-dien Chalifatul Mukminin)

Ia adalah Sultan Banjar Pada 14 Maret 1862, Baginda dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan dan pemuka Agama tertinggi di Kesultanan Banjar dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Chalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas , Kapuas dan Kahayan yaitu Temenggong Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Gusti Inu Kartapati atau
Pangeran Antasari merupakan cucu kepada Pangeran Ameer (Amir) .
Semasa muda nama Pangeran Antasari adalah Gusti Inu Kartapati .
Ibunda Pangeran Antasari adalah Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman .
Ayah Pangeran Antasari adalah
Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Ameer . Pangeran Ameer adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata Dilaga, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II  Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri.  Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang lebih dikenal dengan nama Ratu Sultan Abdul Rahman karena menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman Ibni Al-Marhum Sultan Adam Al-Watsyiqu Billah tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.

Pewaris Takhta Kerajaan Banjar
Dia cucu Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan.
Setelah Sultan Hidayatullah II  ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari.[17] Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan melawan penjajah di wilayah Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862 , bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan:

“ Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah! ”
Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi " Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Tuesday, December 10, 2019

DEMANG LEHMAN, PAHLAWAN DARI MARTAPURA


ORANG TERKEMUKA DALAM SEJARAH KALIMANTAN DEMANG LEHMAN

Demang Lehman

(Gelar Kiai Adipati Mangku Negara)
Salah seorang pahlawan Rakyat Banjar kalimantan Selatan yang mengalami nasib seperti kapitan pattimura dari maluku, yaitu mati ditiang gantungan, ialah Demang Lehman. Perjuangannya yang gigih membela DYMM Sultan Hidayatullah Ibni Al-Marhum Sultan Muda Abdurrahman dan Pangeran Antasari pada pertengahan abad ke XIX itu, membuat namanya tidak pernah dilupakan oleh rakyat kalimantan selatan.

Terutama kata-kata ucapannya yang terakhir, bahwa : " tanah banjar harus disirami dengan darah dan air mata, demi untuk mengusir penjajah belanda", sampai sekarang ucapan itu masih tetap berkeras dan tidak akan hilang dari hati sanubari rakyat didaerah ini.

ASAL-USULNYA
Demang Lehman dilahirkan sekitar tahun 1824 dikampung Riam-Kanan, Karang Intan, Martapura. Siapa nama orang tua nya belum diketahui dengan pasti. Tetapi menurut penuturan orang-orang tua, ayah nya berasal dari penduduk orang kampung Pakacangan di Amuntai, dan ibunya wanita dari karang intan.
Sejak kecil ia dipanggikan dengan nama : IDIS.
Tapi semenjak itu pula telah tampak sifat-sifat keberanian dan kecakapannya yang melebihi dari anak-anak teman sekampungnya.
Dalam usia yang sangat muda, IDIS ini telah berhasil diangkat sebagai " Lalawangan" (CAMAT) di Karang Intan, dengan nama baru : DEMANG LEHMAN. Jabatan tersebut diberikan oleh DYMM Sultan Hidayatullah Ibni Al-Marhum Sultan Muda Abdurrahman pada saat pemberontakan sudah mulai berkobar. Dan sebagai pengukuhan atas pengangkatan tersebut Baginda memberikan sebilah keris " si-singkir" dan sepucuk tombak "si-kali belah" kepadanya. Demang Lehman pun diberikan gelar Kiai Adipati Mangku Negara.

PERJUANGANNYA
Tatkala meletus pemberontakan melawan belanda, yaitu diwaktu Pangeran Antasari mengepung Benteng Pengaron pada tanggal 28 April 1859, waktu itulah Demang Lehman mula-mula menunjukkan keberaniannya yang luar biasa. Ia memimpin serangan dari jurusan Riam-Kiwa yang cukup menggoncang serdadu Belanda.
Dua bulan kemudian Demang Lehman berhasil menyusup kedalam keraton martapura yang waktu itu sedang diduduki Belanda. Bersama-sama dengan pahlawan Haji Nasrun ia dapat membunuh serdadu-serdadu Belanda dan merebut kembali keraton tersebut. Dll.

# WAFATNYA
Seorang bangsawan Arab yang bernama Syarif Hamid, telah menjadi tali barut (kaki tangan)  Belanda, dan ia berusaha akan menjebak Demang Lehman. Syarif Hamid telah meminta bantuan seorang dari Suku Dayak di Batulicin dan mereka inilah yang berhasil menipu Demang Lehman.
Lebih dahulu mereka usahakan untuk menghindarkan keris dan tombak pusakanya yang dianggap keramat itu. Pada pagi buta, Demang Lehman sehabis shalat shubuh dan tiada bersenjata itu, telah dikeroyok oleh orang banyak. Walaupun ia telah mengamuk dengan pukulan-pukulan pencak silatnya, tetapi akhirnya dapat juga ia ditangkap. Seluruh badannya di ikat dengan rantai dan dengan tubuh yang biru lebam karena pukulan, ia dibawa ke Kota Banjarmasin dan
Dengan susah payah akhirnya ia dapat juga dibawa ke Martapura.
Penguasa Belanda di Martapura telah menetapkan suatu hukuman padanya, yakni hukuman mati. Dosanya sebagai pemberontak yang melawan pemerintahan Belanda, rupanya tiada ampunan.
Menjelang tiba hukumannya itu, Demang Lehman selalu bersikap tenang dan tak putus-putusnya shalat. Hari-hari terakhir dari hayatnya digunakannya untuk bertaubat dan bersujud kepada Tuhan.
Sampai pada hari vonisnya dijatuhkan, yaitu pada tgl 27 Februari 1864, ia pun dinaikkan ketiang gantungan. Berduyun-duyun khalayak ramai menyaksikan hukuman kejam itu, yang dilakukan ditanah lapang Martapura.
Disela-sela sedu sedan dan tangis rakyat yang menyaksikan peristiwa tersebut, orang masih sempat mendengar ucapan-seruan Demang Lehman yang terakhir:

"Dangar, dangar berataan!!! Banua Banjar ni lamun kahada lakas dipalas lawan banyu mata darah, marikit dipingkuti Walanda !".

(dengar, dengar semua!!! Daerah Banjar kalau tidak disiram dengan air mata dan darah, akan tetap terus dijajah Belanda).

SEKIAN DARI SAYA KESAH SEORANG TERKEMUKA DIKALIMANTAN SELATAN YANG KITA KENAL DEMANG LEHMAN.

Source : Dikutip dari pelbagai sumber

#FolksOfBanjar #DemangLehman

Monday, December 9, 2019

PEMBANTAIAN RAWAGEDE

HARI INI 9 DESEMBER. Tepat 72 thun PEMBANTAIAN RAWAGEDE
Lukas, Pejuang Karawang yang Nyaris Hilang

Lukas sering memakai seragam militer Belanda dalam menyamar. Sukses membajak kereta penuh senjata dan amunisi Belanda.

Rumah berkelir putih dengan arsitektur sederhana di Jalan Gadog I, Desa Cipendawa, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, itu kini selalu sepi. Pagar besi yang sudah berkarat selalu terkunci. Padahal pada 1990-an, rumah ini selalu ramai dikunjungi orang, baik tokoh pemuda, jawara, maupun prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Bekasi, Karawang, hingga Purwakarta.

Mereka datang menyambangi Brigjen (Purnawirawan) Lukas Kustaryo, yang sejak akhir 1980-an tinggal dan menetap di sana setelah pensiun dari militer. “Setelah Pak Lukas meninggal, rumah ini ditinggali anaknya, Lusi (Lusiati Kushendrini Purnomowati). Tapi saat ini Lusi sakit keras dan tinggal di Bandung,” ujar Edward alias Edi Warung, Ketua RT 04 RW 09 Desa Cipendawa, saat ditemui detikX.

Edward mengaku tidak tahu persis kiprah Lukas selama tinggal di Cipanas, karena usianya masih sangat muda saat Lukas masih hidup. “Yang kenal bapak saya sama Lukas. Kalau saya kenal sama Soni dan Lusi, anak Pak Lukas,” tutur Edward.

Kisah soal Lukas dan alasannya memilih Cipanas menjadi tempat terakhirnya didapatkan detikX dari Sukarman, Ketua Yayasan Rawagede, Karawang, daerah yang sempat disinggahi Lukas saat Perang Kemerdekaan 1946-1947.

Lukas, yang lahir di Magetan, Jawa Timur, 20 November 1920, pernah membuat pusing penjajah Belanda dengan aksi gerilyanya di Karawang-Bekasi. Saat berusia belasan tahun, Lukas tercatat sebagai personel pasukan Peta. Karier terakhir di Peta adalah chudancho (komandan seksi) Heiho di Madiun. “Sewaktu di Magetan, ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah pada zaman Belanda. Kemudian, pada saat Jepang masuk, ia bergabung dengan Peta,” kata sejarawan Universitas Indonesia, Rusdy Husein, kepada detikX.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Lukas ditempatkan di Brigade III/Kian Santang, Purwakarta, yang saat itu dipimpin Letkol Sidik Brotoatmodjo. Lukas Kemudian menjadi Komandan Kompi Batalion I Sudarsono/Kompi Siliwangi atau yang dikenal sebagai Kompi Siliwangi Karawang-Bekasi. Saat ini sudah berganti nama menjadi Batalion Infanteri 202 Tajimalela, Bekasi, di bawah Kodam III/Siliwangi.

Saat menjadi komandan kompi, Lukas memang dikenal sebagai pejuang yang gagah berani dan punya banyak taktik untuk mengalahkan pasukan Belanda. "Ia suka memakai seragam pasukan Belanda untuk membunuh tentara Belanda. Selain itu, pria tersebut sangat gesit seperti belut saat disergap Belanda,” tutur Sukarman.

Selain sering menyamar dan membunuh prajurit Belanda, Lukas kerap kali merampas persenjataan pasukan Belanda yang diangkut kereta api yang melintas di Karawang. Lukas pernah membajak rangkaian kereta yang berisi penuh senjata dan amunisi bagi pasukan Belanda dari Karawang menuju Jakarta.

Karena ulah Lukas itu, pemerintah Belanda sampai-sampai menjulukinya sebagai Begundal Karawang. Belanda pun mengabadikannya dalam bentuk patung di sebuah gedung di Den Haag. “Saya tidak tahu persis lokasinya. Tapi, saat datang ke gedung itu, saya melihat patung separuh badan yang bertulisan ‘Lukas’ dan di bawahnya itu tertulis ‘Begundal dari Karawang’," kata Sukarman.

Dalam buku Sejarah Sumedang: Dari Masa ke Masa, disebutkan Lukas pernah berperan dalam mempertahankan Kota Sumedang dari invasi Belanda pada 22 Juli 1947. Tentara Belanda yang masuk ke Sumedang dihadang oleh kompi Lukas dan kompi Mursyid, sehingga terjadi pertempuran sengit selama dua jam. Sayang, karena alat persenjataan yang tak seimbang, pasukan Lukas dan Mursyid dipukul mundur. Sumedang pun jatuh ke tangan Belanda.

Setelah pasukan Belanda hengkang dari Indonesia, nama Lukas seolah hilang ditelan Bumi. Ia baru muncul ketika monumen pembantaian Rawagede didirikan.

Lukas diketahui pernah tiga kali datang ke pemakaman pahlawan Rawagede dan memberikan santunan kepada janda-janda korban pembantaian Belanda. Terakhir kali Lukas menginjakkan kaki di Rawagede adalah pada 1996 atau setahun sebelum wafat di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 8 Januari 1997, pada usia 77 tahun.

Menurut Sukarman, Lukas tinggal di Cipanas setelah menikah dengan perempuan asal Cianjur bernama Euis Nurjanah, yang dijadikan istri kedua. Adapun istri pertamanya bernama Sri Susestin, yang tidak lain adalah adik ipar Kharis Suhud, yang waktu itu menjabat Kepala Stasiun Kereta Api Cikampek.

Karena bujukan Lukas pula Kharis Suhud sang kakak ipar mau menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) hingga pangkat terakhirnya letnan jenderal TNI dan sempat menjadi Ketua DPR/MPR periode 1987-1982.

Meski sangat berjasa bagi perjuangan kemerdekaan, Lukas dikenal sebagai sosok yang rendah hati sehingga jarang yang tahu kiprahnya saat Perang Kemerdekaan. Masyarakat hanya tahu Lukas pernah menjabat Komandan Komando Daerah Militer Purwakarta, Jawa Barat.

Bahkan piagam pahlawan kemerdekaan yang diberikan dia sobek-sobek, yang berujung pada penolakan terhadap Lukas saat akan dikuburkan di makam pahlawan. “Saya sempat memberikan saran kepada Euis (istri Lukas), tolong piagam ini kalau bisa jangan dilipat-lipat, dirapikan. Kalau bisa, dipigura pakai kaca,” tutur Sukarman.

Namun baru dua hari melekat di dinding, piagam yang sudah dibingkai itu langsung dipecahkan Lukas. Piagam itu pun disobek-sobek dan dibuang ke tempat sampah. “Apa-apaan ini? Buat apa ini? Nggak ada artinya apa-apa ini buat aku,” kata Lukas kepada Euis kala itu.

Gara-gara piagam pahlawan yang dirobek dan dibuang, belakangan keluarga cemas karena jenazah Lukas ditolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Cipanas, Cianjur. Sebab, Lukas dianggap tidak memiliki bukti otentik sebagai pahlawan.

Sambil menangis, Euis menelepon Sukarman dan menyampaikan bahwa jenazah suaminya tidak bisa dikuburkan di TMP Kusuma Bangsa oleh kodim setempat. Beruntung, Sukarman pernah menulis Riwayat Makam Pahlawan Rawagede yang diterbitkan pada 1991 dan catatan-catatan lain tentang peristiwa di Desa Rawagede, yang sekarang sudah berganti nama menjadi Desa Balongsari.

Dalam buku itu tertulis kisah heroik Lukas, yang berjuang dan sempat singgah di Rawagede saat melawan agresi militer Belanda yang dibantu Sekutu. “Ya, untung buku sudah dicetak. Dan saya bawa ke Cipanas. Saya juga jelaskan nomor dan tanggal penetapan Lukas yang ditandatangani Panglima TNI,” ujar Sukarman.

Namun, sebelum menjelaskan sosok Lukas sebagai pejuang Karawang, mantan Kepala Desa Rawagede ini diambil sumpah lebih dulu. Akhirnya, lepas tengah malam waktu Cipanas, yakni masuk tanggal 9 Januari 1997, diputuskan Lukas dimakamkan di TMP Kusuma Bangsa, yang hanya memiliki daya tampung 58 makam.

Satu hal yang membuat Sukarman bangga, dengan catatan yang dia miliki, Lukas kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal purnawirawan. Namun, menurut Rusdy, Lukas terakhir berpangkat brigadir jenderal.

BENTENG PORTUGIS (JEPARA)


Benteng Portugis (Jepara)

Benteng Portugis adalah sebuah bangunan
benteng pertahanan militer yang terletak di Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara.

Pada sejarahnya,Benteng Portugis Jepara dibangun Portugis pada tahun 1632, pada masa Sultan Agung memerintah Kerajaan Mataram. Benteng Portugis ini dibangun dengan prakarsa hasil perjanjian antara
kerajaan Mataram dengan pihak Portugis.
Fungsi Benteng Portugis ini sebagai pusat pertahanan dan menjaga lintas pelayaran dari ancaman VOC karena pada saat itu Mataram berseteru dengan VOC.

Benteng Portugis ini dibangun tidak lain karena keinginan Kerajaan Mataram untuk mengalah kan VOC (Belanda) dengan meminta bantuan kepada pihak ketiga yang bermusuhan dengan Belanda yaitu Portugis. (Tribunnewswiki)

(Muur, rechts van de poort van het fort te Djapara, Midden-Java)
KITLV 27542

Saturday, December 7, 2019

BANJARMASIH


BANJARMASIH

Dalam “Banjarmasih” terbitan museum Lambung Mangkurat Banjarbaru 1981, ia menguraikan, hari kemenangan Pangeran Samudera atau Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Suriansyah ini sekaligus merupakan penyerahan regalia kerajaan Negara Daha dengan dirajakannya Pangeran Samudera oleh Pangeran Temenggong.

Banjarmasih pun menjadi ibukota bagi seluruh kerajaan Banjar. Sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat penyiaran agama Islam dan mata rantai baru dalam menghadapi penetrasi Portugis di Laut Jawa.

Namun, ternyata saat itu belum dikenal istilah Banjarmasin sebagai nama kota yang berjuluk seribu sungai ini. Dalam Hikayat Banjar atau Hikayat Raja-Raja Banjar dan Kota Waringin pun tak pernah disebut-sebut nama Banjarmasin. Nama yang dikenal waktu itu adalah Banjarmasih. “Istilah ini amat umum untuk dipakai menyebut negeri Banjarmasih, orang Banjarmasih, Raja Banjarmasih, Raja di Banjarmasih dan Tanah Banjarmasih,” tulis Idwar.

Daerah ini kemudian dinamakan Banjarmasih karena kepala negeri atau patihnya disebut Patih Masih. Namun, ia beranggapan nama Patih itu sendiri bukanlah nama sebenarnya. Melainkan hanya sebutan atau gelar. “Dalam bahasa Oloh Ngaju (etnis yang lebih dulu menempati wilayah itu), orang melayu disebut Oloh Masih. Patih Masih berarti patihnya Oloh Masih atau patih orang-orang Melayu sebagai sebutan suatu kelompok etnik di daerah ini,” ia melanjutkan.

Adapun kata “Banjar” sendiri, menurut Idwar Saleh, mengacau bentuk pemukiman masyarakat saat itu yakni berderet sepanjang sungai atau berbanjar. Istilah banjar saat itu digunakan untuk menyebut nama kampung atau pedukuhan orang-orang Melayu

Dengan dipindahkannya pusat pemerintahan dan perdagangan ke kampung orang-orang melayu di tepi sungai kuin itu, nama Banjarmasih pun menjadi nama kerajaan. Sekaligus sebagai pusat peradaban yang membentuk identitas orang banjar saat ini.

Menurut Idwar Saleh, Belanda yang mengubah istilah Banjarmasih menjadi Banjarmasin. Belanda menggunakan istilah itu dalam surat-surat resminya. Dua buah kontraknya dipermulaan abad 17, Belanda masih menggunakan istilah Bandsyermash. Kemudian berubah menjadi Bandjermassingh, dan akhirnya menjadi resmi sebagai Banjarmasin.

#FolksOfBanjar #Banjarese #MelayuBanjar #MelayuBorneo

Friday, December 6, 2019

PENGACAU HULU SUNGAI


PENGACAU HULU SUNGAI
(Kisah Revolusi Fisik Kalimantan Selatan 1945 -1949.

⁣⁣⁣⁣⁣Pada tanggal 1 Juli 1946, H. J. van Mook menerima daerah Borneo en de Groote-Oost dari tentara pendudukan Sekutu. Selanjutnya menyusun rencana pemerintahan federal melalui Konferensi Malino (16-22 Juli 1946) dan Konferensi Denpasar (7-24 Desember 1946).

Konferensi memutuskan pembentukan 4 negara bagian yaitu Jawa, Sumatra, Borneo (Netherlands Borneo) dan Timur Besar (Negara Indonesia Timur). Namun pembentukan negara Borneo terhalang karena ditentang rakyat Banjar.

Pada era ini Aktivitas MPK ALRI Divisi IV/pasukan ALRI di bawah pimpinan Hassan Basry meningkat pada tahun 1948. Hal ini tertuang dengan jelas seperti apa yang dilaporkan Residen Borneo Selatan A.G.Deelman,  tertanggal 20 Desember 1948.

Laporan bulan Desember 1948, bahwa tentara NICA/Belanda hampir putus asa bagaimana mengatasinya, seperti dikatakannya : “.. sebagian besar dari pengacau-pengacau ini ternyata dengan terang bahwa hal ini dilakukan oleh gerombolan yang bersenjata modern dan berpakaian uniform yang bertindak atas nama Republik Indonesia di Yogya, sisanya dilakukan oleh penduduk yang ikut turutan ……."

Dari daftar kronologis sejumlah peristiwa di Hulu Sungai selama 45 hari dari tanggal 1 November 1948 sampai tanggal 15 Desember 1948 berisi 73 pokok kejadian.

Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi baik malam hari maupun siang hari tersebar di seluruh Hulu Sungai, bahkan juga di seluruh wilayah Kalimantan Tenggara, seperti pada tanggal 13 November 1948.

Ketika itu pasukan ALRI di bawah pimpinan Hassan Basry menyerang patroli polisi NICA di Pasar Bungkukan (Sampanahan) dan menewaskan 5 orang polisi NICA dan merampas sejumlah senjata.

Photo Source : National Archived .N.L
Repost IG : @sammyxnyder_istorya
Colorized by : @aziez_mirza (Azmirza El-Banjary)

Thursday, December 5, 2019

MENGENAL KESEHARIAN KH HASYIM ASY'ARI


Mengenal Keseharian KH Hasyim Asy'ari

KH Hasyim Asy'ari Merupakan sosok ulama yang sulit di cari tandinganya,sejak pagi hingga malam beliau habiskan waktunya untuk mengajar para santri.

Pada pagi hari, kegiatan Hadratus Syaikh dimulai dengan mengimami sholat shubuh di masjid tebuireng, yang berada di depan kediaman beliau, Dilanjutkan dengan bacaan wirid yang cukup panjang. Selesai Wirid Hadratus Syaikh mengajar kitab kepada santri hingga menjelang matahari terbit. Diantara kitab yang beliau ajarkan adalah setelah sholat shubuh adalah al-tahrir dan al syifa' fi huquq al-musthafa karya qodhi iyadh (konon,, saat mengajar beliau duduk di atas alas yang terbuat dari kulit kambing)

Setelah mengaji hadratus syaikh, yang terbiasa berpuasa itu menemui para pekerja yang sudah berkumpul disamping kediaman beliau. beliau membagi tugas kepada mereka. ada yang ditugaskan merawat sawah,membenahi fasilitas pondok,membenahi sumur dan lain sebagainya. setelah itu beliau mendengarkan laporan laporan mengenai hal hal yang pernah beliau perintahkan.

Sekitar pukul 07.00 Hadratus syaikh mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat dhuha. beliau biasanya mengambil air wudhu di jeding samping dalem kasepuhan hanya menggunakan sarung dan kaos putih. setelah sholat dhuha, dilanjutkan mengajar santri senior. tempatnya di ruang depan ndalem. diantara kitab yang di ajarkan beliau adalahal muhadzhab karya al syairazyi dan al muwatho' karya imam malik RA. pengajian ini berakhir hingga pukul 10.

Mulai jam 10.00 pagi sampai jam 12.00 beliau gunakan untuk istirahat yaitu seperti halnya menemui para tamu,mengarang kitab,menulis kitab dan lain sebagainya. sebelum adzan dhuhur terkadang beliau menyempatkan diri untuk tidur sebentar (qoilulah) sebagai bekal dan persiapan qiyamul lail. ketika adzan berkumandang beliau bangun dan mengimami sholat dhuhur berjama'ah di masjid .selepas sholat dhuhur beliau mengajar kembali hingga waktu asar.

Kira kira setengah jam sebelum adzan asar, hadratus syaikh memeriksa kembali pekerjaan para pekerja yang di tugasinya tadi pagi. setelah menerima laporan, beliau kembali ke dalem tuk mandi.

setelah terdengar azan asar, beliau kembali ke masjid dan mengimami sholat asar, dilanjutkan mengajar para santri di masjid sampai dengan waktu menjelang magrib. Kitab yang di ajarkan oleh hadratus syaikh adalah fathul qorib. pengajian ini wajib di ikuti semua santri tanpa terkecuali. Hingga akhir hayat Beliau, kitab ini secara continue dibaca setelah selesai sholat asar.

Setelah sholat magrib, Hadratus syaikh menyediakan waktu untuk menemui para tamu yang datang dari berbagai daerah, seperti banyuwangi, Pasuruan, Malang, Surabaya, madiun, Kediri, Solo, jakarta, jogjakarta, Kalimantan, Bima, Sumatra, Teluk Belitung, Madura, Bali, Dan masih banyak lagi. (Menurut Sumber Lain hadratus syaikh menemui tamu beliau setelah sholat asar). Di kisahkan oleh nyai Marfu'ah (Pembantu Hadratus syaikh) bahwa setiap harinya hadratus syaikh menyediakan banyak makanan dan lauk pauk untuk menjamu para tamunya. Dalam satu hari, Jumlah tamu beliau mencapai kurang lebih 50 orang.

Setelah sholat isak, beliau mengajar lagi di masjid sampai pukul 11 malam. Materi yang biasa di ajarkan oleh hadratus syaikh adalah ilmu tasawwuf, beliau membacakan kitab ihya' ulumu al-din karya hujjatul islam abu hamin al ghozali, dan untuk bidang tafsir membaca tafsir ibnu katsir.

Setelah itu hadratus syaikh muroja'ah al quran dengan disimak oleh beberapa santri. Beliau mengakhiri kegiatanya dengan istirahat, mulai jam 01.00 dan bangun satu jam kemudian untuk menunaikan qiyamul lail dan membaca Al-qur'an. Menjelang waktu imsak (sekitar 10 menit sebelum subuh), hadratus syaikh keliling pesantren untuk membangunkan para santri agar segera mandi atau berwudhu guna melaksanakan sholat tahajud dan sholat subuh . Ketika usia beliau beranjak sepuh dan harus memakai tongkat untuk menyangga tubuh beliau, hadratus syaikh tetap menjalankan aktifitasnya membangunkan para santri menjelang shubuh. (Subhanalloh....!!!)

Hadratus syaikh juga di kenal sangat mencintai para santri, keadaan ekonomi bangsa yang masih lemah, secara ekonomi mempengaruhi ekonomi para santri. ada yang mondok hanya berbekal sekarung beras, bahkan ada yang tanpa berbekal sedikitpun. Oleh karena itu hadratus syaikhmemberikan jatah makan harian kepada para santri yang tidak mampu. Kemudian setiap hari selasa, hadratus syaikh mengajak mereka untuk berwiraswasta atau pergi kesawah untuk bertani.

Kecintaan hadratus syaikh pada dunia pendidikan terlihat dari pesan yang selalu disampaikan kepada setiap santri yang telah selesai belajar di tebuireng "Pulang-lah ke kampungmu. Mengajarlah disana, paling tidak mengajar Ngaji"

Demikianlah sedikit ulasan tentang keseharian hadratus syaikh hasyim asy'ari nafa'anallohu bi ulumihi, yang patut kita teladani, dengan ini mari kita menyinsingkan lengan tuk meneruskan perjuangkan hadratus syaikh menegakkan kalimat tauhid "la ilaha illalloh muhammadur rasululloh" dengan pemahamn as-salafus sholeh tentunya dengan dakwah yang "rohmatal lil alamin"

Disadur dari buku Profil Pesantren Tebuireng Penerbit Pustaka Tebuireng Halaman 47

B.M. DIAH DAN E.F.E. DOUWES DEKKER


B.M. dan E.F.E

Institut Ksatrian baru saja membuka sekolah kejuruan baru, Middelbare Journalisten School, Sekolah menengah Jurnalistik. Kesanalah Burhanudin mendaftar supaya kelak bisa bekerja sebagai seorang jurnalis.
Ada 19 mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Antara lain harus belajar enam bahasa. Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang dan bahasa Melayu. Nampaknya tahun 1935 - 1936, sekolah ini sudah memperkirakan bahwa bahasa Jepang akan menjadi bahasa yang penting. Bahasa Belanda dan Inggris harus dipelajari secara mendalam dibandingkan bahasa yang lain. Untuk dua bahasa itu murid-murid harus mempelajari tata bahasa, lafal dan bacaan, serta kesusasteraan.
Bidang jurnalistik ada tiga macam mata pelajaran. Mengarang, teknik reportase dan teknik wawancara. Selama dua tahun, setiap murid cukup digembleng dengan pekerjaan rumah untuk menulis dan menulis lagi. Dalam menulis inilah tampak bakat Burhanudin. Karena untuk pelajaran mengarang dan teknik reportase, Burhanudin selalu mendapat zeer goed, sangat bagus, angka 9. Ternyata Burhanudin seorang studen yang tekun dan bekerja keras untuk bisa lulus sesuai jadwal.
Pendiri Institut Ksatrian adalah EFE Douwes Dekker adalah wartawan yang pernah menerbitkan Bataavisch Nieuwsblad pada 1903 dan mendirikan Indische Partij bersama Dr Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat.
Douwes Dekker mengajar mata pelajaran Sejarah Hindia Belanda seperti yang tertulis pada kurikulum.Tetapi didepan kelas Dekker selalu mengajar sejarah Hindia Belanda dalam versinya sendiri, tidak mengikuti teks sejarah versi Belanda totok. Didepan kelas bahkan Dekker menggunakan sebutan 'Indonesia' untuk Hindia Belanda.
Suatu saat Burhanudin bertanya kepada Douwes Dekker bisakah dan kapan dia jadi wartawan terkenal? Dekker memandang Burhanudin dalam-dalam dan berkata,"Nanti, kalau kamu sudah berumur diatas 40 tahun." Burhanudin menarik napas dalam seakan tidak sabar, karena untuk mencapai itu harus menunggu dua dasawarsa lagi. Tetapi "ramalan" Douwes Dekker ternyata tidak meleset.
Petuah Douwes Dekker yang masih diingatnya adalah "Apabila kamu mau melawan orang barat, kamu harus menguasai ilmu pengetahuan yang mereka miliki". Ucapan ini merupakan cambuk bagi Burhanudin untuk menimba ilmu sebanyak mungkin.
Pada akhir masa studinya, Burhanudin mengalami kesulitan keuangan. Kakaknya yang biasa mengirim uang sekolah dan pondokan tidak memberikan kiriman lagi, sementara sebentar lagi ia menamatkan sekolah. Segera ia pergi ke Surabaya menemui Mohamad Judin, sang kakak tadi.
Burhanudin lalu mendapat surat dari Douwes Dekker yang bernada marah karena pergi tanpa pamit, tanpa melunasi uang sekolah dan pondokan. Rupanya uang kiriman dan surat berselisih jalan.
Dengan permintaan maaf, Burhanudin menerangkan uang sekolah dan pondokan sudah dikirim. Juga dijelaskan masalah kesulitan keuangan yang dihadapinya. Mengetahui itu, Douwes Dekker meminta maaf dan menyuruh Burhanudin kembali ke Bandung dan diangkat sebagai sekretaris pribadi Douwes Dekker.
"Saya sangat hormat kepada beliau. Orang kulit putih yang lebih berani dari rata-rata politikus Indonesia saat itu. Saya bangga sempat diajar beliau", demikian kenang Burhanudin. Sambil berkata begitu, diperlihatkannya rapor dan ijazahnya yang ditandatangani oleh anggota kurator merangkap Direktur dan sekretaris Institut Ksatrian, E.F.E. Douwes Dekker.

Dari buku
B.M. DIAH
Wartawan Serba Bisa

KI BAGUS HADIKUSUMO,PENYAMBUNG LIDAH UMAT UNTUK PRRJUANGKAN SYARIAT


Ki Bagus Hadikusumo; Penyambung Lidah Umat Untuk Perjuangkan Syari'at.

Kontributor : @abisrg
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin

Banyak dari kita sebenarnya sudah mengerti Syari'at Islam, namun tidak banyak juga yang mengingkarinya. Salah satu pemimpin Muhammadiyah saat itu (1945) mengambil langkah besar dalam mencapai sebuah keputusan yang kelak menjadi pegangan kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim. Beliau adalah Ki Bagus Hadikusumo, seorang tokoh besar Islam yang berperawakan sederhana; dengan belangkon dan sarung, yang berasal dari Yogyakarta.
.
Pada 1 Juni diselenggarakan sidang BPUPKI pertama dengan jumlah anggotanya 67 orang. Peristiwa ini terjadi pada hari perdana sidang dimulai tepat di dalam Gedung Chuo Sangi In (Pejambon, Jakarta) yang terbagi 2 sayap kanan dan kiri masing-masing memiliki 30 kursi dan jalan tengahnya menuju meja ketua bidang.
.
Di dalam tubuh BPUPKI sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu kaum nasionalis sekuler ysng hendak memisahkan agama dari negara dan kaum nasionalis Islam yang ingin memasukkan Syari'at Islam di dalam konstitusi negara.
.
Cerita bermulai di saat Kiai Haji Sanusi menguraikan secara detail untuk menerapkan aturan Allah. Setelah itu, mulailah beberapa tokoh BPUPKI yang tak setuju mulai maju. Mohammad Yamin mengusulkan 5 dasar negara yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat.
.
Dengan cepat pidato Yamin mendapatkan tanggapan luar biasa dari salah satu tokoh Islam, Ki Bagus Hadikusumo. Dibuka pidatonya dengan salam, lalu dilantunkannya ayat-ayat Al Qur'an dengan lantang, tanpa keraguan. Semuanya diterangkan dengan jelas oleh Ki Bagus Hadikusumo.
.
Beliau mulai angkat bicara "Bagaimanakah dan dengan pedoman apakah para Nabi itu mengajar dan memimpin umatnya dalam menyusun negara dan masyarakat yang baik? Baiklah, saya terangkan dengan tegas dan jelas, ialah dengan bersendi ajaran agama. Bangunkanlah negara di atas ajaran Islam." Setelah itu, beliau membacakan Surah Ali Imran ayat 103.
.
Ki Bagus juga mengingatkan peristiwa kaum yang tak saling bersatu yaitu Muhajirin dan Anshar. Dan Allah menyatukan mereka. Kita bisa belajar dari sejarah bahwa kaum yang bermusuhan tentu akan dipersatukan dalam ikatan Islam. Sejenak, beliau melanjutkan membaca ayat: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu."
.
Ki Bagus membaca beberapa ayat, termasuk An-Nahl ayat 14. Lalu, beliau menjelaskan dalam hal pertahanan, beliau membacakan Surah Al-Anfal ayat 62, dilanjutkan Surah Ash-Shaf ayat 2-4. Begitu syahdu beliau membacakannya yang kelak akan diingat oleh seluruh tokoh yang hadir di dalam siang itu.
.
Akhirnya, dalam rancangan dasar negara “Pancasila” yang diusulkan Bung Karno, prinsip Ketuhanan merupakan sila kelima. Ki Bagus Hadikusumo-lah yang dengan gigih berdebat dengan Soekarno sampai di luar sidang hingga Soekarno menangis di hadapan Ki Bagus. Prinsip Ketuhanan akhirnya menjadi prinsip pertama yang diterima secara aklamasi dalam sidang BPUPKI. Mr. Muhammad Yamin menyebutnya Piagam Jakarta.
.
Mengutip dari Bung Hatta, Panitia Sembilan mengubah urutan fundamen Pancasila, meletakkan fundamen moral di atas, fundamen politik di bawahnya. Dengan meletakkan dasar moral di atas, negara dan pemerintahan memperoleh dasar yang kokoh.
.
Ki Bagus adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam menyuarakan syariat Islam agar menjadi dasar dalam konstitusi Indonesia. Beliau dapat disebut sebagai penggagas landasan Ketuhanan negara Republik Indonesia.
.
Hingga pada akhirnya Soekarno tidak serta merta menerapkan bagaimana penyampaian Ki Bagus di dalam konstitusi negara bahkan kata "Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus bukan kehendak dari tokoh Islam melainkan adanya disintegrasi bangsa oleh kaum kristen yang hendak memisahkan Irian Jaya Barat dari NKRI, maka secepatnya Soekarno-Hatta menghapus tujuh kata tersebut. Dan pada akhirnya Hatta menyampaikan untuk mengubahnya menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa." Pada akhirnya dengan berat hati Ki Bagus menerimanya.
.
Namun yang menyedihkannya apa yang dikatakan Ki Bagus Hadikusumo secara jelas dan detail tentang prinsip menjalankan syariat Islam tidak direalisasikan oleh Soekarno hingga beliau wafat pada 3 September 1954.
.
Dalam sidang Konstituante di Bandung(1957), Kasman Singodimedjo (Fraksi Masyumi) menyampaikan pidato yang menyentuh hati.Ia mengingatkan Konstituante akan janji Bung Karno kepada Ki Bagus di awal kemerdekaan, “Saudara Ketua, saya masih ingat bagaimana ngototnya almarhum Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum Pusat Muhammadiyah yang pada waktu itu sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempertahankan Agama Islam untuk dimasukkan ke dalam Muqaddimah dan Undang Undang Dasar 1945. Begitu ngotot Saudara Ketua, sehingga Bung Karno dan Bung Hatta pun tidak dapat mengatasinya…. Hanya dengan kepastian dan jaminan bahwa 6 bulan lagi sesudah Agustus 1945 itu akan dibentuk sebuah Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Majelis PembuatUndang-Undang Dasar Negara guna memasukkan materi Islam itu ke dalam Undang-Undang Dasar yang tetap, maka bersabarlah Ki Bagus Hadikusumo itu untuk menanti!.”
.
Setelah itu, pertimbangan dari kedua tokoh terjadi dan tidak sepenuhnya apa yang disuarakan oleh beberapa tokoh Islam termasuk Kasman Singodimedjo mengenai prinsip dasar syariat Islam untuk konstitusi negara langsung diterima.
.
Setelah rapat selesai, situasi dalam menghadapi krisis konstitusional tersebut Presiden Soekarno pada 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden “Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945”. Konstituante dibubarkan. Dalam Dekrit Presiden, Piagam Jakarta ditempatkan sebagai salah satu butir pertimbangan, yaitu, “Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”
.
Umat Islam berdamai dengan sejarah sebagai realitas yang harus diterima, tetapi tidak dapat melupakan sejarah. Kaum Muslimin, kata Mr. Mohamad Roem,  “…wajib melaksanakan Hukum Islam, terlepas dari apakah Piagam Jakarta tercantum atau tidak dalam Pembukaan UUD 1945.”
.
Dalam kaitan ini H. Alamsjah Ratu Perwiranegara semasa menjabat Menteri Agama menegaskan, “Pancasila adalah pengorbanan dan hadiah terbesar umat Islam untuk persatuan dan kemerdekaan Indonesia.” Salah satu pemimpin Islam yang memiliki peran utama terkait dengan pengorbanan umat Islam untuk persatuan dan kemerdekaan ialah Ki Bagus Hadikusumo.
.
Semoga kita semua bisa lebih sadar dengan sejarah dan menghargai semua pejuang Islam di segala lini, karena dari para pejuang inilah kita dapat melihat kekuatan mereka dalam membela agama, manisnya cara mereka dalam menyikapi masalah serta kerelaan diri mereka ketika berhadapan dengan apapun mereka tidak gentar asalkan yang mereka bela adalah Allah dan Rasulullah.
.
Referensi:
1. Rizki Lesus, Sejarah Yang Dilupakan
2. https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/ki-bagus-hadikusumo-penggagas-landasan-ketuhanan-

Wednesday, December 4, 2019

INDOMART JADI INDOMARET


Seperti dilansir dari Wikipedia, Indomaret pertama kali dibuka di Ancol, Jakarta pada tahun 1988, yang dikelola PT Indomarco Prismatama.

Tidak hanya memperhatikan keuntungan, Indomaret juga banyak melakukan kegiatan sosial, khususnya peduli terhadap pendidikan Indonesia.

Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah memiliki lebih dari 230 gerai. Jumlah gerai hingga tahun 2015 adalah 11.400 gerai dengan rincian 60% gerai adalah milik sendiri dan sisanya waralaba milik masyarakat.
Jumlah gerai Indomaret pada Juni 2018 bertambah 300 unit menjadi 15.526. Mitra usaha waralaba ini meliputi koperasi, badan usaha, dan perorangan.

Indomaret tersebar merata dari Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi. Motto perusahaan adalah Mudah dan Hemat.

Caption by Tribunnews.

Tuesday, December 3, 2019

AKSARA NUSANTARA


Mengapa penulisan huruf Arab dimulai dari sebelah kanan?

Huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri karena aktivitas berikut ini.

Yap, semua karena adanya aktivitas memahat. Apa hubungan antara memahat dengan arah dari huruf Arab? Karena huruf Arab adalah keturunan dari huruf Nabatea yang sering ditulis lewat memahat di bebatuan.

Para pemahat umumnya memiliki postur di mana sebuah pahat dipegang oleh tangan kiri, dan sebuah palu, untuk memukul pahat, dipegang oleh tangan kanan. Karena postur tersebut, maka tangan kiri yang digunakan untuk mengukir tulisan hanya memiliki arah ke kiri sebagai arah yang bebas. Jika pahatannya bergerak dari kiri ke kanan, maka tangan sang pemahat akan saling silang dan posturnya tidak ergonomis.

Ada alasan mengapa postur memahat umumnya menggunakan tangan kanan untuk memegang palu dan tangan kiri untuk memegang pahat, yaitu karena tangan dominan bagi kebanyakan orang adalah tangan kanan. Dalam memahat, tangan kanan digunakan untuk memegang palu karena proses memukul lebih aktif dan lebih memakan energi ketimbang sekadar memegang pahat. Kecuali orang tersebut kidal, itu lain cerita.

Kenyataannya, tulisan-tulisan keturunan hieroglif Mesir Kuno generasi pertama umumnya memiliki arah tulisan dari kanan ke kiri, tentu karena hal yang sama. Misalnya huruf Suryani, huruf Aram, huruf Fenisia, dan huruf Proto-Kanaan. Hieroglif Mesir Kuno sendiri dapat ditulis dari kiri ke kanan maupun kanan ke kiri karena mereka ditulis baik di atas kertas papirus maupun di atas batu, namun karena memahat batu lebih mampu untuk menyimpan tulisan lebih awet ketimbang menulis di atas kertas, maka huruf-huruf keturunannya berubah arah menjadi kanan ke kiri untuk mempermudah pemahatan.

Bahkan beberapa huruf yang ditulis dari kiri ke kanan yang kita kenal saat ini, seperti huruf Yunani aslinya ditulis dari kanan ke kiri.

Bahkan huruf Latin yang kita pakai sehari-hari memiliki leluhur berupa huruf Etruska yang ditulis dari kanan ke kiri.

Nah, ketika teknik membuat kertas dan tinta mulai berkembang pesat, berbagai tulisan mulai beralih menjadi ditulis dari kiri ke kanan. Simpelnya karena postur menulis menggunakan pena membuat telapak tangan kanan kita berada di sebelah kanan dari ujung pena, sehingga jika kita menulis dari kanan ke kiri maka telapak tangan kita akan menyentuh tulisan kita.

Akan tetapi, banyak juga huruf yang tidak dialihkan arah penulisannya. Salah satunya adalah huruf Arab. Huruf Arab (bersama dengan huruf-huruf Semitik lainnya) tetap mempertahankan arah penulisan kanan ke kiri sekalipun popularitas menulis di atas kertas lebih populer ketimbang memahat batu. Alasan jelasnya mengapa saya tidak tahu pasti, namun kemungkinan karena masalah mempertahankan tradisi. Apapun itu, sistem penulisan huruf Arab dari kanan ke kiri adalah relik masa lalu huruf Arab ketika masih umum ditulis di atas batu.

Tambahan (note) :

Apa yang dimaksud dengan aksara? Apa bedanya dengan huruf, alfabet, dan abjad yang sering tertukar penggunaannya?

Aksara, dari bahasa Sanskerta aksara, adalah sistem tulisan (writing system) yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran atau bunyi bahasa. Dalam bahasa Indonesia, kata aksara juga mengandung makna lain sebagai sinonim huruf, yaitu tiap simbol dalam suatu sistem tulisan.

Perbedaan aksara dengan sistem komunikasi simbolis lainnya--seperti simbol informasi, gambar, peta, dan matematika--adalah kaitannya dengan suatu bahasa lisan  yang harus dipahami oleh pembaca untuk dapat memahami maknanya; sistem simbol lain umumnya tidak memerlukan pemahaman tersebut.

Aksara umumnya dikelompokkan berdasarkan apa yang dilambangkan oleh tiap simbol: morfem, suku kata (silabel), atau fonem. Ada enam kelompok besar aksara menurut pembagian ini: (1) logogram, (2) aksara silabis, (3) aksara fonetis, (4) alfabet, (5) abudiga, dan (6) abjad.

Logogram atau aksara morfemis menggunakan satu lambang untuk satu morfem (misalnya aksara Cina). Aksara silabis menggunakan satu lambang untuk satu suku kata atau silabel (misalnya aksara Kana Jepang). Aksara fonetis menggunakan satu lambang untuk tiap varian fonem atau bunyi (misalnya aksara Hangul Korea).

Alfabet, abudiga, dan abjad sama-sama merupakan aksara fonemis yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem secara konsisten. Perbedaannya adalah bahwa alfabet memiliki simbol sendiri baik untuk konsonan maupun vokal (misalnya aksara Latin yang digunakan oleh bahasa Indonesia), abudiga memiliki simbol untuk gabungan konsonan dan vokal (misalnya aksara Dewanagri dan Jawa), sedangkan abjad hanya memiliki simbol untuk konsonan (misalnya aksara Arab).

Nah, mudah-mudahan dari penjelasan ini cukup tergambar perbedaan antara istilah aksara, huruf, alfabet, dan abjad yang sering tertukar penggunaannya ini.

BRAHMA = NABI IBRAHIM ?


Brahma = nabi Ibrahim ?

Di dalam Mitologi Jawa diceritakan bahwa salah satu leluhur Bangsa Sunda (Jawa) adalah Batara Brahma atau Sri Maharaja Sunda, yang bermukim di Gunung Mahera.

Selain itu, nama Batara Brahma, juga terdapat di dalam Silsilah Babad Tanah Jawi. Di dalam Silsilah itu, bermula dari Nabi Adam yang berputera Nabi Syits, kemudian Nabi Syits menurunkan Sang Hyang Nur Cahya, yang menurunkan Sang Hyang Nur Rasa. Sang Hyang Nur Rasa kemudian menurunkan Sang Hyang Wenang, yang menurunkan Sang Hyang Tunggal. Dan Sang Hyang Tunggal, kemudian menurunkan Batara Guru, yang menurunkan Batara Brahma.

Berdasarkan pemahaman dari naskah-naskah kuno bangsa Jawa, Batara Brahma merupakan leluhur dari raja-raja di tanah Jawa.

Di dalam Kitab ‘al-Kamil fi al-Tarikh‘ tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis… dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim.

Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik).

Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil.

Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim.

Brahma adalah Nabi Ibrahim

Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada.

Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro).

Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa ‘Ibriyah, kata ‘Ibriyah berasal dari ‘ain, ba, ra atau ‘abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim).

Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara Brahma pasangannya bernama Saraswati.
2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)…
3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.

Ajaran Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah
Yajurveda Ch. 40 V. 8 menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci
Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan
Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu
Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”

Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.

Ajaran Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.

4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka’bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).

Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :

Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu… (Atharva Veda 10:2:31)

Kitab Veda memberi gambaran sebenarnya tentang Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim.
Makna delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

Sementara sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.

Monotheisme Ibrahim

Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi.

Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi.

Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya ‘Allah Yang Maha Kuasa‘, yang dilambangkan dengan ucapan bahasa ‘Nu Ngersakeun‘ atau disebut juga ‘Sang Hyang Keresa‘.

Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

Bener gak bener yang penting cocok
#kembalicocoklogi

SEJARAH SOTO


MENGGUGAT SEJARAH SOTO

Beberapa orang teman mengirimiku video tentang sejarah SOTO lalu bertanya, "Kenapa disebut SOTO?" Sebenarnya sudah lama saya mencari dan memikirkannya dan inilah teoriku:

Lombard adalah orang Perancis, peneliti sejarah Asia Timur dan Tenggara. Di dalam buku berjudul: Nusa Jawa: Silang Budaya (1996), dia menulis, awalnya disebut CAUDO, makanan orang Cina Nusantara. Populer di Semarang dan disebut TAOTO di Pekalongan. Dimakasar disebut COTO.

Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pemersatu dan disebut bahasa Indonesia karena ada 748 bahasa di Indonesia. Tiongkok tidak memerlukan bahasa pemersatu karena walaupun bahasanya berbeda-beda namun tulisannya sama.

Walupun bahasanya berbeda namun orang Hokkien dan orang Konghu bisa berkomunikasi lewat tulisan karena sama-sama menggunakan aksara yang sama.

Sebelum Tiong Hoa Hwee Kwan - Rumah Perkumpulan Tionghoa (THHK: 中华会馆 Zhonghua Huiguan) berdiri tahun 1900, bahasa Hokkien yang menjadi Lingua franca di antara orang-orang Tionghoa Nusantara. Setelah sekolah-sekolah THHK berdiri, barulah aksara Tiongkok dan bahasa mandarin mulai digunakan di kalangan Tionghoa.

Itu sebabnya tidak sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa kata CAUDO dan TAOTO serta COTO adalah bahasa Hokkien. Mengingat logat orang-orang Tionghoa Semarang maka dapat dikatakan bahwa yang disebut CAUDO adalah CAUTO. Lalu apa artinya?

TA (chéng 承) artinya pikul. CAU (zào 灶) artinya dapur. To (tái 檯) artinya meja. TACAUTO artinya MEMIKUL DAPUR MEJA. Kenapa Memikul Dapur Meja (Tacauto) dipakai untuk nama makanan? Karena yang kita sebut SOTO saat ini dulunya dijajakan berkeliling dengan pikulan. Pikulan TACAUTO terdiri dari: pikulan, dapur untuk memasak dan meja serta bangku tempat makan.

Orang Hokkien suka menyingkat. Itu sebabnya TACAUTO disingkat menjadi CAUTO oleh ornag-orang Cina Semarang dan disingkat enjadi TAOTO di Pekalangan dan COTO di Makasar. Dengan berlalunya waktu maka CAOTO pun berubah menjadi SOTO.

Sunday, December 1, 2019

MARSEKAL BESI DAENDELS


MARSEKAL BESI

Oleh Raja Louis Napoleon, adik Napoleon Bonaparte, Daendels ditunjuk menjadi Gubernur jenderal Hindia Belanda yang bertugas mempertahankan Hindia Belanda dari kemungkinan direbut Inggris dari India.
Dan tahun itu juga ia berangkat ke Hindia, mendarat di Anyer pada 5 Januari 1808. Untuk menuju Batavia diperlukan waktu 4 hari,dan pada musim hujan perjalanan tidak dapat dilakukan.
Lalu di Semarang, Daendels mengumpulkan pembesar pribumi.Jarak dari Bogor (tempat kediaman Gubernur Jenderal) ke Semarang lewat Bandung adalah 10 hari. Dari situlah kemudian terpikir olehnya untuk meneruskan "pembangunan" jalan tersebut kearah timur.
Daendels tahu, bahwa bicara tentang pembangunan jalan pos baru dengan orang Belanda yang 'tidak boros' wataknya di Belanda akan sia-sia. Karena itu yang ia tulis ke Belanda adalah tentang perbaikan sistem jalan di Jawa.
Ia perbaiki jalan Cisarua - Karangsambung dengan biaya pemerintah. Selebihnya, untuk jalan sepanjang 850 km ia perintahkan (5 Mei 1808) kepada aparat pemerintahan dalam negeri Jawa untuk mengerahkan pekerja rodi. Tugas rodi adalah: memperbaiki (meningkatkan, bukan membangun) jaringan jalan yang sudah ada, hingga dapat dilalui semua jenis kendaraan.
Dari situlah mulai penderitaan dan kesengsaraan orang Indonesia.

Dari buku
JALAN RAYA POS
JALAN DAENDELS