Thursday, December 5, 2019

KI BAGUS HADIKUSUMO,PENYAMBUNG LIDAH UMAT UNTUK PRRJUANGKAN SYARIAT


Ki Bagus Hadikusumo; Penyambung Lidah Umat Untuk Perjuangkan Syari'at.

Kontributor : @abisrg
Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin

Banyak dari kita sebenarnya sudah mengerti Syari'at Islam, namun tidak banyak juga yang mengingkarinya. Salah satu pemimpin Muhammadiyah saat itu (1945) mengambil langkah besar dalam mencapai sebuah keputusan yang kelak menjadi pegangan kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim. Beliau adalah Ki Bagus Hadikusumo, seorang tokoh besar Islam yang berperawakan sederhana; dengan belangkon dan sarung, yang berasal dari Yogyakarta.
.
Pada 1 Juni diselenggarakan sidang BPUPKI pertama dengan jumlah anggotanya 67 orang. Peristiwa ini terjadi pada hari perdana sidang dimulai tepat di dalam Gedung Chuo Sangi In (Pejambon, Jakarta) yang terbagi 2 sayap kanan dan kiri masing-masing memiliki 30 kursi dan jalan tengahnya menuju meja ketua bidang.
.
Di dalam tubuh BPUPKI sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu kaum nasionalis sekuler ysng hendak memisahkan agama dari negara dan kaum nasionalis Islam yang ingin memasukkan Syari'at Islam di dalam konstitusi negara.
.
Cerita bermulai di saat Kiai Haji Sanusi menguraikan secara detail untuk menerapkan aturan Allah. Setelah itu, mulailah beberapa tokoh BPUPKI yang tak setuju mulai maju. Mohammad Yamin mengusulkan 5 dasar negara yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat.
.
Dengan cepat pidato Yamin mendapatkan tanggapan luar biasa dari salah satu tokoh Islam, Ki Bagus Hadikusumo. Dibuka pidatonya dengan salam, lalu dilantunkannya ayat-ayat Al Qur'an dengan lantang, tanpa keraguan. Semuanya diterangkan dengan jelas oleh Ki Bagus Hadikusumo.
.
Beliau mulai angkat bicara "Bagaimanakah dan dengan pedoman apakah para Nabi itu mengajar dan memimpin umatnya dalam menyusun negara dan masyarakat yang baik? Baiklah, saya terangkan dengan tegas dan jelas, ialah dengan bersendi ajaran agama. Bangunkanlah negara di atas ajaran Islam." Setelah itu, beliau membacakan Surah Ali Imran ayat 103.
.
Ki Bagus juga mengingatkan peristiwa kaum yang tak saling bersatu yaitu Muhajirin dan Anshar. Dan Allah menyatukan mereka. Kita bisa belajar dari sejarah bahwa kaum yang bermusuhan tentu akan dipersatukan dalam ikatan Islam. Sejenak, beliau melanjutkan membaca ayat: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu."
.
Ki Bagus membaca beberapa ayat, termasuk An-Nahl ayat 14. Lalu, beliau menjelaskan dalam hal pertahanan, beliau membacakan Surah Al-Anfal ayat 62, dilanjutkan Surah Ash-Shaf ayat 2-4. Begitu syahdu beliau membacakannya yang kelak akan diingat oleh seluruh tokoh yang hadir di dalam siang itu.
.
Akhirnya, dalam rancangan dasar negara “Pancasila” yang diusulkan Bung Karno, prinsip Ketuhanan merupakan sila kelima. Ki Bagus Hadikusumo-lah yang dengan gigih berdebat dengan Soekarno sampai di luar sidang hingga Soekarno menangis di hadapan Ki Bagus. Prinsip Ketuhanan akhirnya menjadi prinsip pertama yang diterima secara aklamasi dalam sidang BPUPKI. Mr. Muhammad Yamin menyebutnya Piagam Jakarta.
.
Mengutip dari Bung Hatta, Panitia Sembilan mengubah urutan fundamen Pancasila, meletakkan fundamen moral di atas, fundamen politik di bawahnya. Dengan meletakkan dasar moral di atas, negara dan pemerintahan memperoleh dasar yang kokoh.
.
Ki Bagus adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam menyuarakan syariat Islam agar menjadi dasar dalam konstitusi Indonesia. Beliau dapat disebut sebagai penggagas landasan Ketuhanan negara Republik Indonesia.
.
Hingga pada akhirnya Soekarno tidak serta merta menerapkan bagaimana penyampaian Ki Bagus di dalam konstitusi negara bahkan kata "Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus bukan kehendak dari tokoh Islam melainkan adanya disintegrasi bangsa oleh kaum kristen yang hendak memisahkan Irian Jaya Barat dari NKRI, maka secepatnya Soekarno-Hatta menghapus tujuh kata tersebut. Dan pada akhirnya Hatta menyampaikan untuk mengubahnya menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa." Pada akhirnya dengan berat hati Ki Bagus menerimanya.
.
Namun yang menyedihkannya apa yang dikatakan Ki Bagus Hadikusumo secara jelas dan detail tentang prinsip menjalankan syariat Islam tidak direalisasikan oleh Soekarno hingga beliau wafat pada 3 September 1954.
.
Dalam sidang Konstituante di Bandung(1957), Kasman Singodimedjo (Fraksi Masyumi) menyampaikan pidato yang menyentuh hati.Ia mengingatkan Konstituante akan janji Bung Karno kepada Ki Bagus di awal kemerdekaan, “Saudara Ketua, saya masih ingat bagaimana ngototnya almarhum Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum Pusat Muhammadiyah yang pada waktu itu sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempertahankan Agama Islam untuk dimasukkan ke dalam Muqaddimah dan Undang Undang Dasar 1945. Begitu ngotot Saudara Ketua, sehingga Bung Karno dan Bung Hatta pun tidak dapat mengatasinya…. Hanya dengan kepastian dan jaminan bahwa 6 bulan lagi sesudah Agustus 1945 itu akan dibentuk sebuah Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Majelis PembuatUndang-Undang Dasar Negara guna memasukkan materi Islam itu ke dalam Undang-Undang Dasar yang tetap, maka bersabarlah Ki Bagus Hadikusumo itu untuk menanti!.”
.
Setelah itu, pertimbangan dari kedua tokoh terjadi dan tidak sepenuhnya apa yang disuarakan oleh beberapa tokoh Islam termasuk Kasman Singodimedjo mengenai prinsip dasar syariat Islam untuk konstitusi negara langsung diterima.
.
Setelah rapat selesai, situasi dalam menghadapi krisis konstitusional tersebut Presiden Soekarno pada 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden “Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945”. Konstituante dibubarkan. Dalam Dekrit Presiden, Piagam Jakarta ditempatkan sebagai salah satu butir pertimbangan, yaitu, “Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”
.
Umat Islam berdamai dengan sejarah sebagai realitas yang harus diterima, tetapi tidak dapat melupakan sejarah. Kaum Muslimin, kata Mr. Mohamad Roem,  “…wajib melaksanakan Hukum Islam, terlepas dari apakah Piagam Jakarta tercantum atau tidak dalam Pembukaan UUD 1945.”
.
Dalam kaitan ini H. Alamsjah Ratu Perwiranegara semasa menjabat Menteri Agama menegaskan, “Pancasila adalah pengorbanan dan hadiah terbesar umat Islam untuk persatuan dan kemerdekaan Indonesia.” Salah satu pemimpin Islam yang memiliki peran utama terkait dengan pengorbanan umat Islam untuk persatuan dan kemerdekaan ialah Ki Bagus Hadikusumo.
.
Semoga kita semua bisa lebih sadar dengan sejarah dan menghargai semua pejuang Islam di segala lini, karena dari para pejuang inilah kita dapat melihat kekuatan mereka dalam membela agama, manisnya cara mereka dalam menyikapi masalah serta kerelaan diri mereka ketika berhadapan dengan apapun mereka tidak gentar asalkan yang mereka bela adalah Allah dan Rasulullah.
.
Referensi:
1. Rizki Lesus, Sejarah Yang Dilupakan
2. https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/ki-bagus-hadikusumo-penggagas-landasan-ketuhanan-

No comments:

Post a Comment