Tuesday, December 3, 2019

AKSARA NUSANTARA


Mengapa penulisan huruf Arab dimulai dari sebelah kanan?

Huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri karena aktivitas berikut ini.

Yap, semua karena adanya aktivitas memahat. Apa hubungan antara memahat dengan arah dari huruf Arab? Karena huruf Arab adalah keturunan dari huruf Nabatea yang sering ditulis lewat memahat di bebatuan.

Para pemahat umumnya memiliki postur di mana sebuah pahat dipegang oleh tangan kiri, dan sebuah palu, untuk memukul pahat, dipegang oleh tangan kanan. Karena postur tersebut, maka tangan kiri yang digunakan untuk mengukir tulisan hanya memiliki arah ke kiri sebagai arah yang bebas. Jika pahatannya bergerak dari kiri ke kanan, maka tangan sang pemahat akan saling silang dan posturnya tidak ergonomis.

Ada alasan mengapa postur memahat umumnya menggunakan tangan kanan untuk memegang palu dan tangan kiri untuk memegang pahat, yaitu karena tangan dominan bagi kebanyakan orang adalah tangan kanan. Dalam memahat, tangan kanan digunakan untuk memegang palu karena proses memukul lebih aktif dan lebih memakan energi ketimbang sekadar memegang pahat. Kecuali orang tersebut kidal, itu lain cerita.

Kenyataannya, tulisan-tulisan keturunan hieroglif Mesir Kuno generasi pertama umumnya memiliki arah tulisan dari kanan ke kiri, tentu karena hal yang sama. Misalnya huruf Suryani, huruf Aram, huruf Fenisia, dan huruf Proto-Kanaan. Hieroglif Mesir Kuno sendiri dapat ditulis dari kiri ke kanan maupun kanan ke kiri karena mereka ditulis baik di atas kertas papirus maupun di atas batu, namun karena memahat batu lebih mampu untuk menyimpan tulisan lebih awet ketimbang menulis di atas kertas, maka huruf-huruf keturunannya berubah arah menjadi kanan ke kiri untuk mempermudah pemahatan.

Bahkan beberapa huruf yang ditulis dari kiri ke kanan yang kita kenal saat ini, seperti huruf Yunani aslinya ditulis dari kanan ke kiri.

Bahkan huruf Latin yang kita pakai sehari-hari memiliki leluhur berupa huruf Etruska yang ditulis dari kanan ke kiri.

Nah, ketika teknik membuat kertas dan tinta mulai berkembang pesat, berbagai tulisan mulai beralih menjadi ditulis dari kiri ke kanan. Simpelnya karena postur menulis menggunakan pena membuat telapak tangan kanan kita berada di sebelah kanan dari ujung pena, sehingga jika kita menulis dari kanan ke kiri maka telapak tangan kita akan menyentuh tulisan kita.

Akan tetapi, banyak juga huruf yang tidak dialihkan arah penulisannya. Salah satunya adalah huruf Arab. Huruf Arab (bersama dengan huruf-huruf Semitik lainnya) tetap mempertahankan arah penulisan kanan ke kiri sekalipun popularitas menulis di atas kertas lebih populer ketimbang memahat batu. Alasan jelasnya mengapa saya tidak tahu pasti, namun kemungkinan karena masalah mempertahankan tradisi. Apapun itu, sistem penulisan huruf Arab dari kanan ke kiri adalah relik masa lalu huruf Arab ketika masih umum ditulis di atas batu.

Tambahan (note) :

Apa yang dimaksud dengan aksara? Apa bedanya dengan huruf, alfabet, dan abjad yang sering tertukar penggunaannya?

Aksara, dari bahasa Sanskerta aksara, adalah sistem tulisan (writing system) yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran atau bunyi bahasa. Dalam bahasa Indonesia, kata aksara juga mengandung makna lain sebagai sinonim huruf, yaitu tiap simbol dalam suatu sistem tulisan.

Perbedaan aksara dengan sistem komunikasi simbolis lainnya--seperti simbol informasi, gambar, peta, dan matematika--adalah kaitannya dengan suatu bahasa lisan  yang harus dipahami oleh pembaca untuk dapat memahami maknanya; sistem simbol lain umumnya tidak memerlukan pemahaman tersebut.

Aksara umumnya dikelompokkan berdasarkan apa yang dilambangkan oleh tiap simbol: morfem, suku kata (silabel), atau fonem. Ada enam kelompok besar aksara menurut pembagian ini: (1) logogram, (2) aksara silabis, (3) aksara fonetis, (4) alfabet, (5) abudiga, dan (6) abjad.

Logogram atau aksara morfemis menggunakan satu lambang untuk satu morfem (misalnya aksara Cina). Aksara silabis menggunakan satu lambang untuk satu suku kata atau silabel (misalnya aksara Kana Jepang). Aksara fonetis menggunakan satu lambang untuk tiap varian fonem atau bunyi (misalnya aksara Hangul Korea).

Alfabet, abudiga, dan abjad sama-sama merupakan aksara fonemis yang menggunakan satu lambang untuk satu fonem secara konsisten. Perbedaannya adalah bahwa alfabet memiliki simbol sendiri baik untuk konsonan maupun vokal (misalnya aksara Latin yang digunakan oleh bahasa Indonesia), abudiga memiliki simbol untuk gabungan konsonan dan vokal (misalnya aksara Dewanagri dan Jawa), sedangkan abjad hanya memiliki simbol untuk konsonan (misalnya aksara Arab).

Nah, mudah-mudahan dari penjelasan ini cukup tergambar perbedaan antara istilah aksara, huruf, alfabet, dan abjad yang sering tertukar penggunaannya ini.

No comments:

Post a Comment