Sunday, December 15, 2019

HUMBOLDT VAN JAVA


HUMBOLDT VAN JAVA

Franz lahir di kota Mansfeld, Jerman pada 26 Oktober 1809. Lulus SMA dia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas kedokteran. Namun nasibnya berubah saat dengan gaya koboi dia duel dengan rekannya dari Swiss. Akibat pertarungan itu, Franz dijatuhi hukuman 10 tahun. Tetapi sebelum menjalani hukumannya, ia harus menyelesaikan wajib militernya sebagai ahli bedah kompi pada brigade Artileri di Koblenz.
Franz baru menjalani vonisnya pada 1832 di penjara Ehrenbreitsein, Koblenz. Dua tahun menjalani hukuman dia berpura-pura terkena TBC sehingga dipindahkan ke Rumah Sakit militer. Karena takut akan dikembalikan lagi ke penjara, Franz berpura-pura gila sampai akhirnya kabur pada suatu malam tanggal 14 September 1833. Padahal saat itu permohonan grasinya disetujui dan dia dibebaskan.
Franz lalu menghilangkan jejaknya dengan pergi ke Prancis dan mendaftar sebagai anggota Legiun Asing Prancis yang kemudian ditugaskan ke Aljazair. Namun baru setengah tahun ia mengundurkan diri dan kembali ke negeri Belanda.
Atas anjuran temannya, Franz mendaftar sebagai peneliti alam di Hindia Belanda, bidang yang disukainya sejak SMA.
13 Oktober 1835 dia sampai di Jawa. Tapi lowongan yang dicarinya tak tersedia. Sebagai lulusan dokter militer kelas lll, Franz ditempatkan di Rumah Sakit tentara di Weltevreden dan setahun kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit militer di Yogyakarta.
Di tempat baru ini rupanya dia bisa memuaskan dirinya sebagai peneliti alam dengan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di sekitar Yogyakarta. Ia juga sempat melakukan penelitian terhadap gunung Merapi dan Merbabu.
Franz kemudian ditarik ke Batavia dan menjadi asisten Dr.EA Fritze, kepala Lembaga Kesehatan Masyarakat di Hindia Belanda. Dengan begitu ia mengikuti lawatan inspeksi kesehatan di berbagai daerah di Jawa barat sehingga bisa menyalurkan keinginannya sebagai peneliti alam.
Karena sakit, Franz harus menjalani perawatan selama tiga bulan di daerah Dieng. Dari tempat ini muncul gagasannya untuk mendirikan Rumah Sakit Militer yang kemudian diwujudkan dengan didirikannya Rumah Sakit Militer di Plantungan, Kendal pada 1844. Rumah Sakit ini kemudian beralih fungsi menjadi Rumah Sakit lepra yang penanganannya tidak lagi di bawah militer, tapi oleh Bala Keselamatan dan sebagai donaturnya adalah KAR Bosscha.
Franz lalu menggantikan kedudukan Karl  Hasskarl sebagai botanikus yang meneliti tanaman kina di Jawa dan memindahkan kegiatannya di Pangalengan dan Lembang.
Usaha Franz berhasil sehingga sampai tahun 1863 tanaman kina sudah diperbanyak sampai 1,1 juta pohon.
Sayang, usaha Franz ini akhirnya menelan kekecewaan.Rupanya pohon kina peninggalan Hasskarl itu adalah bukan dari jenis unggul dan kadar alkoidnya rendah, yaitu tiga persen.
Kecewa dengan pohon kina yang dikembangkan tak lebih dari sekedar  'kayu bakar' membuat Franz sakit dan sengaja membiarkan kesehatannya merosot karena terserang amuba yang berlangsung lama.
Franz memilih Lembang sebagai tempat menghabiskan hari akhirnya. Menjelang kematiannya, kepada Dr. Groneman, sahabatnya, Franz berkata:" Groneman, dapatkah engkau membukakan jendela-jendela? Aku ingin berpamitan dengan gunung-gunungku yang tercinta. Untuk terakhir kali aku ingin memandang hutan-hutan. Sekali lagi aku ingin menghirup udara pegunungan yang terakhir kali..." pintanya.
Tanggal 24 April 1864, Franz Wilhelm Junghuhn -- nama lengkap Franz meninggal  dan dimakamkan di Jayagiri, Lembang.
Selama hidupnya, Junghuhn tidak hanya melakukan penelitian tentang botani, tetapi juga sebagai geolog, klimatolog, etnograf dan geograf. Bahkan menjelang akhir hayatnya, dia adalah ilmuwan pertama yang memanfaatkan peralatan fotografi untuk kegiatannya. Dan karena penelitiannya yang luar biasa ini, ia dijuluki "Humboldt dari Pulau Jawa"

Dari buku
kisah para
PREANGER PLANTERS

No comments:

Post a Comment