Saturday, November 30, 2019

DR. KH. IDHAM CHALID


Dr. KH. Idham Chalid Ulama & Tokoh Pejuang Nasional

'' Semenjak berdirinya NU sampai saat ini Kyai Haji Idham Chalid adalah seorang ulama yang terlama memimpin NU yaitu selama 28 tahun, mulai tahun 1956-1984 M. namun menurut himpunan beberapa sumber beliau menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU selama 32 tahun dengan masa bakti 1952-1984 M. Beliau adalah tokoh Nasional yang berperan sebagai Seorang ulama dan politikus. Beliau juga seorang tokoh Indonesia yang pernah menjadi Pimpinan  dilembaga eksekutif, legislatif dan Ormas (Wakil Perdana Menteri, Ketua DPR/MPR, dan Ketua Umum Pengurus Besar N ahdlatul Ulama' (PBNU). Juga pernah memimpin pada tiga parpol berbeda yaitu: Masyumi, NU, dan PPP. Beliau adalah tokoh Nasional yang mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama' dan pilitisi, sebagai ulama', beliau bersikap fleksibel dengan tetap berpegang pada tradisi dan prinsip Islam, demikian pula sebagai politisi beliau mampu melakukan gerakan strategis untuk kemanfa'atan bangsa".KH. Idham Chalid Jabatan Organisasi Islam didahului Ketua Umum PBNU: H. Hasan Gipo . Dr. KH. Idham Chalid 1952 ~1984 Di teruskan KH Abdurrahman Wahid  (Gus Dur)

Biografi.

KH. Idham Chalid lahir di Satui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian Tenggara Kalimantan Selatan. pada tanggal 27 Agustus 1921 M, dan Wafat di Jakarta, 11 Juli 2010  merupakan anak sulung dari lima bersaudara ayah beliau bernama: H. Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 kilometer dari Banjarmasin.

Di waktu Idham Chalid berusia enam tahun, keluarganya hijrah ke Amuntai dan tinggal di daerah Tangga Ulin, sebuah perkampun halaman leluhur ayahnya.

Sejak kecil KH. Idham Chalid di kenal sangat cerdas dan pemberani. Saat masuk SR beliau langsung duduk di kelas dua dan bakat pidatonya mulai terlihat dan terasah. Keahlian berorasi itu kelak menjadi modal utama beliau dalam meniti karier di jagat politik.

Idham Cholid memiliki otak yang cerdas, hal itu sudah terlihat sejak duduk di Sekolah Rakyat (SR). berkat kecerdasan yang beliau miliki terkadang melompat naik kelas karena di nilai memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Masa pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) hanya beliau lalui selama empat tahun.

Setelah 'lulus di SR (Sekolah Rakyat) KH. Idham Chalid melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Ar Rasyidiyyah pada tahun 1943. Di madrasah ini beliau sedang tumbuh dan semangat dengan ilmu pengetahuan, beliau mendapat banyak kesempatan untuk mendalami bahasa Arab, bahasa Inggris, dan ilmu pengetahuan umum. Kemudian KH. Idham Chalid melanjutkan pendidikan ke Pesantren Gontor yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur. Kesempatan belajar di Gontor juga manfaatkan beliau untuk memperdalam bahasa Jepang. Jerman. dan Prancis. Berkat kecerdasan dan belajar yang rajin Idham Chalid berhasil lulus dua tahun lebih cepat dari kebanyakan santri lainnya.

Di tahun 1943 M. KH. Idham Chalid lulus dari Gontor, kemudian melanjutkan pendidikan di Jakarta. Di ibukota ini, kefasihannya dalam berbahasa Jepang membuat penjajah Dai-Nipon sangat kagum. Pihak Jepang juga sering memintanya menjadi penerjemah dalam beberapa pertemuan dengan alim ulama'. Dalam pertemuan pertemuan itulah KH. Idham Chalid mulai akrab dengan tokoh-tokoh penting NU. Ketika Jepang kalah perang dan sekutu masuk Indonesia, KH. Idham Chalid bergabung dengan badan-badan perjuangan. Menjelang kemerdekaan, beliau aktif dalam Panitia Kemerdekaan Indonesia di daerah kota Amuntai. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, beliau bergabung dengan Persatuan Rakyat Indonesia, partai lokal, kemudian pindah ke Serikat Muslim Indonesia.

Di tahun 1947 M. KH. Idham Chalid bergabung dengan Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan, yang di pimpin Hasan Basry yang juga muridnya saat di Gontor. Setelah perang kemerdekaan, KH. Idham Chalid di angkat menjadi Anggota Parlemen Sementara Rl mewakili Kalimantan. Tahun 1950 beliau terpilih kembali menjadi anggota DPR mewakili Masyumi. Ketika NU memisahkan diri dari Masyumi, tahun 1952, KH. Idham Chalid memilih bergabung dengan Partai Nahdlatul Ulama' dan terlibat aktif dalam konsolidasi internal ke daerah-daerah.

Dalam bidang pendidikan, Idham mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama/ UNNU (Sekarang Universitas Islam Nusantara) pada 30 November 1950 bersama K.H Subhan Z.E. (Alm.), K.H. Achsien (Alm.), K.H. Habib Utsman Al-Aydarus (Alm.), dan lain-lain dengan K.H.E.Z Muttaqien (Alm.)

Idham Chalid memulai kariernya di NU dengan aktif di GP Ansor. Tahun 1952 beliau di angkat sebagai Ketua Pengurus Besar Ma'arif, organisasi sayap NU yang bergerak di bidang pendidikan. Pada tahun yang sama beliau juga di angkat menjadi sekretaris jenderal partai. Dan dua tahun kemudian menjadi wakil ketua. Selama masa kampanye pemilu 1955 Idham Chalid menjadi Ketua Lajnah Pemilihan Umum NU. Sepanjang tahun 1952-1955, beliau yang juga menduduki dalam Majelis Pertimbangan Politik PBNU, sering mendampingi Rais Aam PBNU, KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berkeliling ke seluruh cabang NU di Nusantara.

Dalam pemilu 1955 M. Partai Nahdlatul Ulama (NU) telah berhasil meraih peringkat ketiga setelah PNI dan Masyumi. Karena perolehan suara yang cukup besar dalam pemilu 1955 M. pada pembentukan kabinet tahun berikutnya, Kabinet Ali Sastroamijoyo II, NU mendapat jatah lima Menteri, termasuk satu kursi wakil perdana  menteri, yang oleh PBNU di serahkan kepada Idham Chalid.

Pada Muktamar NU ke 21 di Medan bulan Desember tahun 1956, Idham Chalid terpilih menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU. Saat di percaya menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU beliau masih berusia 34 tahun. Jabatan tersebut beliau emban sampai tahun 1984 dan menjadikan orang terlama yang menjadi Ketua Umum Tanfidziyah PBNU selama 28 tahun.

Ternyata Kabinet Ali Sastroamijoyo II hanya bertahan satu tahun, berganti dengan Kabinet Djuanda. Namun Idham Chalid tetap bertahan di posisi wakil perdana menteri sampai Dekrit Presiden tahun 1959. Kemudian Idham Chalid ditarik menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Dan setahun kemudian menjadi Ketua MPR.

Keluarga.

Berikut Putra-putri dari KH. Idham Chalid dan Nyai Haji Mastura:

Saiful Hadi (anak laki-laki)Aunul Hadi (anak laki-laki)Anisah Nurul Huda (anak Perempuan)Dewi Mukminah (anak perempuan)Muhammad Nanang Mahdi (anak laki-laki).Siti Qonita Utama (anak perempuan).Mahdiah (anak perempuan).Muhammad Zainul Hadi (anak laki-laki).Dewi Muslimah (anak perempuan)Taufik Rachman Chalid (anak laki laki)

Pertengahan tahun 1966 Orde Lama tumbang dan tampillah Orde Baru. Akan tetapi Posisi Idham Chalid di pemerintahan tidak ikut tergusur. Dalam Kabinet Ampera I. Kabinet Ampera II dan Kabinet Pembangunan I yang di bentuk Soeharto Beliau di percaya menjabat Menteri Kesejahteraan Rakyat. Kemudian diakhir tahun 1970 beliau merangkap jabatan sebagai Menteri Sosial, melanjutkan tugas dari A.M. Tambunan yang telah meninggal dunia pada 12 Desember 1970M. sampai dengan terpilihnya pengganti yang tetap sampai akhir masa bakti Kabinet Pembangunan I pada tahun1973 M.

Organisasi Nahdlatul Ulama di bawah kepemimpinan KH. Idham Chalid kembali mengulang sukses dalam pemilu 1971. setelah itu pemerintah menghilangkan seluruh partai hanya menjadi tiga partai: Golkar. PDI. Dan PPP dan NU bergabung di dalam PPP. KH. Idham Chalid menjadi pejabat presiden PPP. Yang beliau jabat sampai tahun 1989. Beliau Juga terpilih menjadi Ketua MPR/DPR RI sampai 1977. Jabatan terakhir Idham Chalid adalah Ketua Dewan Pertimbangan Agung sampai tahun 1983.

Idham Chalid diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, bersama dengan 6 tokoh lain, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.Ia merupakan putera Banjar ketiga  yang diangkat
 sebagai Pahlawan Nasional setelah
Pangeran Antasari dan Hasan Basry. Alfatihah

Sumber :
1 Banjarmasin Post - KH Idham Chalid Berpulang. Diakses 11 Juli 2010
2 Radar Banjarmasin - Idham Chalid Pahlawan Nasional 2019

No comments:

Post a Comment